Tidur Morat-marit karena Kerja Malam, Otak Bisa 'Error'

Tidur Morat-marit karena Kerja Malam, Otak Bisa 'Error'

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Senin, 23 Mei 2016 13:09 WIB
Tidur Morat-marit karena Kerja Malam, Otak Bisa Error
Foto: GettyImages
Uppsala - Shift malam tak hanya mengubah pola tidur seseorang, tetapi juga kegiatan rutin hariannya, bahkan hingga ke kebiasaan makan dan mood.

Namun yang paling buruk diungkap sebuah penelitian terbaru dari Uppsala University, Swedia. Berdasarkan penelitian yang mereka lakukan beberapa waktu lalu terungkap bahwa jam kerja yang tak tentu dapat mengganggu fungsi kognitif seseorang.

Gejalanya antara lain susah mengingat atau mempelajari sesuatu, sulit berkonsentrasi atau mengambil keputusan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian ini didasarkan pada pengamatan terhadap 7.143 pekerja yang diminta melaporkan jam kerja masing-masing. 4.611 orang belum pernah mendapatkan kerja shift; 1.531 orang sudah bekerja shift lebih dari lima tahun; 358 orang sempat mendapatkan jatah kerja shift lima tahun lalu; dan 643 orang mendapatkan jatah kerja shift saat ini.

Baca juga: Kerja Shift Malam Bisa Merusak 1.500 Gen Sekaligus

Setiap responden menjalani sebuah tes khusus yang dilakukan dokter ahli saraf untuk mengukur kemampuan kognitif dan fungsi eksekutif otak mereka.

Hasilnya, responden yang saat ini sedang menjalani kerja shift dan yang sudah bekerja shift sejak lebih dari lima tahun lalu membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tes tersebut, yaitu 4 detik lebih lama dibandingkan yang belum pernah kerja shift atau kerja shift lebih dari lima tahun.

Bahkan ketika peneliti juga mempertimbangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap hasil tes, di antaranya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkatan aktivitas fisik dan stres, lama tidur dan skor kumulatif yang menggambarkan seberapa buruk gangguan tidur yang mereka alami, hasilnya tetap konsisten.

Baca juga: Sering Begadang karena Kerja Shift? Pola Tidurnya Bisa Disiasati Seperti Ini

"Namun, tidak ada perbedaan hasil tes yang mencolok antara responden yang belum pernah kerja shift dengan yang sudah berhenti dari pola kerja ini lebih dari lima tahun lalu," ungkap peneliti, Dr Christian Benedict, seperti dilaporkan Huffington Post.

Itu artinya, gangguan kognitif karena shift ini sebenarnya dapat pulih dengan sendirinya meskipun mungkin butuh waktu pemulihan yang sangat panjang, yakni hingga lima tahun lebih.

Menariknya, Benedict dan timnya merasa tak perlu memastikan hasil temuan ini dengan mengukur aktivitas otak responden atau membandingkan kinerja satu bagian otak dengan yang lain untuk mengetahui mana yang paling 'menderita' karena kerja shift ini.

Hanya saja Benedict mengemukakan, sebelumnya sudah ada studi yang memperlihatkan bahwa gangguan kognitif akibat kerja shift mempengaruhi salah satu bagian otak bernama frontal lobe. Secara kebetulan, frontal lobe juga merupakan bagian otak yang diketahui bisa berkurang performanya seiring dengan pertambahan usia.

(lll/vit)

Berita Terkait