Menurut Dr Marilyn Glenville, normalnya vagina dikelilingi dengan bakteri baik yang akan menjaga kebersihan dan kesehatan area organ intim. Namun jika ada sesuatu hal yang mengganggu ekosistem bakteri baik tersebut, maka bakteri 'jahat' seperti Bacterial Vaginosis bisa mengambil alih dan menimbulkan masalah.
"Para ilmuwan masih belum yakin apa sebenyarnya yang menyebabkan ketidakseimbangan ini, tetapi saat infeksi yang bersifat asam ini muncul, kondisi vagina menjadi lebih basa. Pergeseran keseimbangan dari asam ke basa ini memungkinkan bakteri lain untuk masuk. Dari situ kemudian muncul gejala termasuk gatal-gatal, nyeri, kemerahan serta keputihan berwarna abu-abu atau kuning, terutama setelah berhubungan seks," papar Glenville, seperti dikutip dari Mirror, Selasa (24/5/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 4 Kondisi Pakaian Dalam yang Bisa Ganggu Kesehatan Perempuan
Untuk menghindari munculnya bakteri-bakteri 'jahat', ada baiknya Anda menjaga kebersihan area organ intim. Salah satunya dengan rutin membersihkan area eksternal genital. Selama mandi atau mencuci kelamin saat buang air, gunakan sedikit sabun yang tidak diberi wewangian dan guyur dengan banyak air.
Yang terpenting, hindari douching alias membersihkan vagina dengan sabun yang mengandung wewangian. Semua vagina sehat mengandung beberapa bakteri dan organisme lain. Keasaman normal vagina membuat bakteri dan ragi berkembang dengan semestinya dan douching dapat mengganggu keseimbangan ini.
Sementara untuk memperbanyak bakteri baik di vagina, ahli kandungan dan kebidanan di Montefiore Medical Center, Mary Rosser, MD, PhD, menyarankan wanita untuk memperbanyak konsumsi buah segar, sayuran, biji-bijian, air putih, dan yoghurt.
Baca juga: Soal Perlu Tidaknya Pakai Bra dan Celana Dalam Saat Tidur, Ini Jawaban Pakar
(ajg/vit)











































