Ismail (Pria, 27 tahun)
ismailsamXXXXX@gmail.com
Tinggi 172 cm, berat 66 kg
Jawaban
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. disekuilibrium
2. presinkop
3. lightheadedness
4. sakit kepala migraine
5. BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)
6. penyakit Meniere (Idiopathic Endolymphatic Hydrops)
7. neuronitis/neuritis vestibular
8. vestibular schwannoma
9. penyakit telinga bagian dalam yang diperantarai oleh sistem imun
10. Migrainous vertigo
11. Sindrom hiperventilasi
Kalau sisi praktisnya, saat vertigo kumat hendaklah melakukan hal-hal berikut ini:
1. hentikan aktivitas sejenak, segera beristirahat.
2. minumlah air putih hangat.
3. hindari sinar matahari.
4. hindari memakan kudapan ringan yang mengandung keju atau coklat.
5. relaksasi atau yoga sejenak (15 - 30 menit), diiringi alunan musik klasik atau instumentalia.
6. hindari polusi (asap rokok, suara bising, dsb).
7. pijatlah kedua daun telinga.
8. melakukan senam pernapasan sekitar 15-30 menit, kombinasikan pernapasan dada dan perut. Caranya: ambil napas dalam-dalam, hembuskan perlahan-lahan.
9. untuk penderita vertigo yang beragama Islam, segera mengambil air wudhu, lakukan sholat sunah minimal dua rakaat atau membaca Alquran.
Kita kembali ke diagnosis banding di atas. Masing-masing diagnosis banding tentu memiliki pendekatan terapi yang berbeda, sebab kedokteran itu memiliki seni tersendiri di dalam penanganannya (the Art of Medicine).
Untuk kasus BPPV, dokter akan merekomendasikan meclizine, manuver Epley, rehabilitasi vestibular.
Untuk kasus migrainous vertigo, dokter memberikan profilaksis migren dengan agonis reseptor 5-HT1
serotonin (triptans).
Untuk kasus vestibular neuritis, dokter meresepkan methylprednisolone.
Untuk kasus vertigo akut, dokter akan meresepkan beberapa pilihan obat:
1. Golongan benzodiazepam (diazepam, lorazepam, clonazepam).
2. Golongan neuroleptik (domperidol/fentanyl).
Untuk kasus vertigo kronis, dokter akan meresepkan beberapa pilihan obat:
1. Golongan benzodiazepam (diazepam, lorazepam, clonazepam).
2. Golongan antihistamin (diphenhydramine, dimenhydramine, meclizine, cyclizine, promethazine).
3. Golongan antikolinergik (scopolamine).
Ada juga obat dengan mekanisme aksi non-spesifik yang juga berpotensi untuk mengatasi vertigo. Misalnya obat golongan antagonis kalsium, seperti: flunarizine, cinnarizine, nimodipine.
Semua obat yang tertulis di atas harus diperoleh dengan resep dokter, mengingat efek samping, dosis, reaksi dengan zat/obat lain, dsb. Diperlukan pemahaman tentang farmakovigilans yang mendalam untuk memastikan profil keamanan serta safety monitoring obat-obat di atas.
Demikian penjelasan kami, semoga bermanfaat.
Dito Anurogo, penulis 17 buku, sedang studi di S2 Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis FK UGM Yogyakarta. (hrn/vit)











































