Anak yang Kerja di Ladang Tembakau Tak Sadar Rentan Keracunan Nikotin

Anak yang Kerja di Ladang Tembakau Tak Sadar Rentan Keracunan Nikotin

Firdaus Anwar - detikHealth
Rabu, 25 Mei 2016 17:02 WIB
Anak yang Kerja di Ladang Tembakau Tak Sadar Rentan Keracunan Nikotin
Foto: Human Rights Watch
Jakarta - Dalam studi terbaru yang dipublikasi oleh Human Rights Watch (HRW) diperkirakan ada ribuan anak-anak Indonesia yang terlibat bekerja di ladang tembakau. Hal ini dilaporkan membuat anak rentan alami gejala keracunan nikotin setiap musim panen tiba.

Andreas Harsono selaku salah satu peneliti mengatakan dari 132 pekerja anak usia 8 sampai 17 tahun yang disurvei, setengahnya mengaku alami gejala mual, muntah, sakit kepala, dan pusing-pusing ketika bersentuhan dengan daun tembakau. Nikotin diketahui memang bisa meresap masuk lewat kulit.

Dampak jangka panjang keracunan nikotin pada anak belum diketahui namun untuk jangka pendek efek negatifnya adalah mereka yang sakit jadi sering izin tak masuk sekolah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari semua anak-anak yang kami wawancarai ini tidak ada yang pernah mendapatkan informasi atau training bahwa bekerja dengan daun tembakau itu mengandung risiko. Mereka ini biasanya membantu orang tua di ladang sebelum masuk sekolah dan setelah pulang sekolah, namun banyak yang absen terutama saat musim panen," kata Andreas ketika ditemui di Galeri Cemara, Jakarta, Rabu (25/5/2016).

Baca juga: Terpapar Nikotin, Ribuan Anak di Ladang Tembakau Bisa Mengalami Gejala Keracunan

Menurut Andreas edukasi tentang bahaya bekerja di ladang tembakau adalah hal yang penting untuk diberikan. Dari survei diketahui keluarga petani sebetulnya mempedulikan kesejahteraan anak hanya saja tak mengerti bagaimana cara melindunginya.

"Di dalam penelitian kami menemukan ada kebiasaan tukar menukar tenaga kerja, jadi misalnya hari ini keluarga saya yang panen dibantu tetangga besoknya saya membantu tetangga panen. Tanpa melibatkan anak-anak jadi mereka tetap bisa sekolah," kata Andreas.

"Ini menekankan para petani kita sebetulnya peduli pada masa depan anak-anaknya," lanjut Andreas.

Mengapa industri rokok tampak tak terlibat di sini disebut peneliti karena ladang tembakau kebanyakan dimiliki oleh masyarakat. Lewat sistem pasar terbuka petani menjual tembakaunya kepada pengepul lalu dijual lagi ke pengepul lainnya baru lah sampai ditangan produsen untuk diolah.

"Saya minta industri itu ya kalau anak bekerja di ladang cukup membahayakan, maka ada tanggung jawab industri rokok atau tembakau mengalihkan supaya anak tidak bekerja di situ. Apa pilihannya bisa saja dengan memberikan beasiswa dan seterusnya," kata Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait pada kesempatan yang sama.

Baca juga: Menurut Studi Ini, Perokok Lebih Sulit Mendapatkan Pekerjaan (fds/vit)

Berita Terkait