Dituturkan psikolog keluarga, Anna Surti Ariani, MPsi, ada berbagai macam hal yang bisa memicu tantrum pada anak. Untuk itu orang tua perlu sensitif terhadap penyebabnya.
"Bisa jadi anak tantrum karena kebutuhan mereka seperti anak bosan, ngantuk, lapar, atau badannya nggak enak," terang perempuan yang akrab disapa Nina ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika anak mulai rewel di jelang-jelang jam makan atau tidurnya, maka orang tua perlu segera memenuhi kebutuhan anak. Misalnya jika anak lapar, tentu orang tua perlu segera memberinya makan. Jika anak bosan, bisa diajak ke tempat lain atau menjajal suatu hal yang berbeda.
Namun bisa juga anak tantrum karena menginginkan sesuatu. Contohnya karena ingin naik sepeda atau karena ingin dibelikan mainan tertentu. Jika permintaan anak lebih pada keinginan dan bukan karena kebutuhan, Nina menyarankan untuk mengalihkannya.
Umumnya anak akan mengalami tantrum ketika bersama dengan orang tua atau orang yang dikenalnya cukup dekat. Ini karena orang tualah yang biasanya membuat anak merasa nyaman, termasuk pula nyaman untuk melepaskan emosinya.
Menurut psikolog anak dan remaja dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi, saat bersama orang tuanya, anak bisa jadi memiliki power yang lebih banyak. Inilah antara lain yang bisa menjelaskan kenapa anak lebih sering tantrum saat bersama orang tuanya ketimbang di sekolah.
"Biasanya yang sering terjadi saat mereka lagi dengan orang tua mungkin powernya lebih banyak daripada saat di sekolah yang mereka mungkin pahami jika tantrum bisa membuat mereka dihukum," kata Ratih.
Baca juga: Saat si Kecil Mengamuk, Bagaimana Sebaiknya Orang Tua Bersikap?
(vit/ajg)











































