Waspadai Gangguan Kejiwaan Pasca Melahirkan

Waspadai Gangguan Kejiwaan Pasca Melahirkan

Nurvita Indarini - detikHealth
Kamis, 09 Jun 2016 19:46 WIB
Waspadai Gangguan Kejiwaan Pasca Melahirkan
Foto: thinkstock
Jakarta - Gangguan kejiwaan bisa dialami ibu-ibu usai melahirkan. Bisa jadi si ibu menjadi mudah marah ataupun mudah cemas yang berlangsung berhari-hari dan bahkan bisa lebih lama lagi.

Tim dokter Konsula, direktori dokter dan layanan konsultasi kesehatan keluarga, dr Sri Habibah Sari Melati mengemukakan ada beberapa bagian dari gangguan kejiwaan pasca persalinan yaitu baby blues syndrome, post partum depression, dan psikosis.

Dia menjelaskan baby blues syndrome muncul dalam dua minggu pertama atau dalam lima hari pasca persalinan. Umumnya perempuan yang terkena sindrom ini tidak mau berinteraksi ataupun memperhatikan bayinya. Si ibu cenderung menganggap bayi yang dilahirkannya adalah beban bagi dirinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, jika gejalanya menetap maka bisa berkembang menjadi post partum depression. Jika mengalami hal ini, yang bersangkutan bisa kehilangan minat dan gairah hidup. dr Sri Habibah menambahkan, tidak menutup kemungkinan muncul keinginan bunuh diri si ibu.

"Ada suatu teori mengenai timbulnya post partum depression, yaitu teori yang menyebutkan bahwa post partum depression diduga disebabkan oleh penurunan hormon estrogen (estradiol) yang secara fisiologis memang menurun kadarnya pasca persalinan," ujar dr Sri Habibah dalam keterangan tertulisnya.

"Jika gejala menetap lagi, penderita berpotensi menjadi gangguan kejiwaan yang lebih berat lagi yaitu psikosis. Pada psikosis akan muncul gejala halusinasi, delusi dan gangguan realitas lainnya," imbuhnya.

Baca juga: Ini Bedanya Ibu yang Alami Psikosis Postpartum dan Baby Blues

dr Tirsa Verani, SpOG, dari Brawijaya Women and Children Hospital beberapa waktu lalu menuturkan pencegahan post partum syndrome dapat dimulai dari awal kehamilan oleh suami. Perhatian sekecil apapun terhadap kondisi istri akan membuat istri merasa dihargai menjalani kehamilan dengan lebih senang.

dr Tirsa menyarankan agar suami ikut menemani istri memeriksakan kehamilan. Selain untuk mengetahui kondisi janin, menemani istri konsultasi ke dokter juga dapat membuat pasutri belajar soal kehamilan.

"Jadi saat persalinan apa yang harus dilakukan, ketika anak baru lahir bagaimana, ini kan harus dipelajari suami juga," tuturnya. Dengan demikian, tugas menjaga si kecil plus pekerjaan rumah tangga lainnya tidak dibebankan pada sang istri semata yang membuatnya merasa tertekan.

Baca juga: Nyeri Saat Menyusui Anak? Bisa Jadi Karena Depresi Pasca Melahirkan (vit/lll)

Berita Terkait