Demi Biaya Sekolah Adik, Eli Semangat Mengabdi di Belantara Papua

Demi Biaya Sekolah Adik, Eli Semangat Mengabdi di Belantara Papua

Firdaus Anwar - detikHealth
Jumat, 17 Jun 2016 08:04 WIB
Demi Biaya Sekolah Adik, Eli Semangat Mengabdi di Belantara Papua
Eli di Puskesmas Ambatkuy (Foto: Firdaus Anwar)
Ambatkuy - Boven Digoel, Papua - Bergabung menjadi salah satu tenaga kesehatan di tim Nusantara Sehat, lulusan farmasi Eli Laila Azizah (21) dari Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, mendapat penugasan di Puskesmas Ambatkuy, Kabupaten Boven Digoel, Papua selama dua tahun. Ia bersemangat mengabdi di wilayah perbatasan Indonesia paling timur yang terpencil demi adiknya.

Dengan tinggi 150 sentimeter (cm) dan berat 40 kilogram (kg), fisik Eli bagi sebagian orang mungkin dianggap tak ideal untuk bertugas di belantara Papua yang 'liar' dan minim fasilitas. Eli menyadari pandangan orang terhadap dirinya namun ia memilih untuk tak terlalu mempedulikannya.

"Aku di pusdikkes (pusat pendidikan kesehatan -red) memang suka dibully karena paling bontot. Ha ha ha," kelakar Eli ketika berbincang dengan detikHealth.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puskesmas Ambatkuy sendiri berjarak 120 kilometer dari Kabupaten Boven Digoel dan hanya bisa diakses melewati hutan belantara dengan mobil khusus, sepeda motor, atau berjalan kaki yang memakan waktu bisa hingga 3 hari. Di puskesmas, Eli memegang peran sebagai penanggung jawab obat-obatan dan membantu dokter dalam melaksanakan pelayanan informasi-informasi obat pada warga.

Khususnya di pedalaman, hal ini menjadi tantangan tersendiri. Karena selain pendidikan warga yang rendah, bahasa juga menjadi tembok penghalang. Warga di Papua sebetulnya masih memakai bahasa Indonesia hanya saja dengan logat yang khas.

"Itu lho bahasanya disingkat-singkat kaya bahasa SMS. Ngomong 'sa pi kat kuda' itu artinya saya pergi mengikat kuda," kata Eli.

Baca juga: 24 Tahun Mengabdi, dr Vivi Jatuh Cinta Pada Alam 'Surga' Papua

Sebagai anak perempuan tertua di keluarga, motivasi Eli merantau jauh adalah untuk mencari biaya sekolah dua orang adik laki-lakinya. Satu akan berkuliah dalam waktu dekat dan satunya lagi akan segera masuk jenjang sekolah Menengah Atas (SMA).

"Aku mau mereka semua sukses, biar jadi orang besar dan bisa mensejahterakan orang tua aku. Kan kalau nanti aku nikah aku akan ikut sama orang," kata Eli.

"Adikku itu bandel sekali. Biar dia tau gagalnya waktu SMA (Sekolah Menengah Atas) baru sekarang akhirnya nurut. Aku bilang ke dia 'kakak ke Papua demi kamu, baik-baik kamu' dia bilang 'iya kakak'," lanjutnya.

Harapan Eli setelah dua tahun mengabdi sebagai Tim Nusantara Sehat ia berencana untuk kembali ke kampung halaman dan membuka usaha toko buku. Bila ada kesempatan ia juga ingin melanjutkan kuliah.

"Di tempatku itu banyak universitas, seperti STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) aja ada, jadi kalau mereka sudah mulai nyusun skripsi itu kasihan kan teman-teman aku sulit cari referensi buku karena kurang lengkap," tutup Eli.

Baca juga: Wapres JK Minta Nusantara Sehat Dorong Warga Ubah Kebiasaan Agar Lebih Sehat

(fds/vit)

Berita Terkait