Jangan Percaya! 5 Hal Tentang Rambut Kemaluan Ini Cuma Mitos

Jangan Percaya! 5 Hal Tentang Rambut Kemaluan Ini Cuma Mitos

Ajeng Anastasia Kinanti - detikHealth
Rabu, 22 Jun 2016 20:07 WIB
Jangan Percaya! 5 Hal Tentang Rambut Kemaluan Ini Cuma Mitos
Foto: thinkstock
Jakarta - Ada yang dicukur, ada yang dibiarkan saja. Rambut kemaluan memang masih menjadi misteri dan dianggap tabu oleh sebagian orang, sehingga mitos-mitosnya pun masih banyak dipercaya.

Seperti dirangkum dari Prevention pada Rabu (22/6/2016), berikut 5 mitos tentang rambut kemaluan yang perlu Anda ketahui:

1. Rambut kemaluan mencegah penyakit menular seksual

Foto: thinkstock
Fakta: Yang benar justru sebaliknya. Rambut kemaluan yang tidak rajin dibersihkan justru bisa menjadi tempat berkembang biak bagi bakteri. Menurut Wendy Askew, MD, dari Institute for Women's Health di San Antonio, rambut kemaluan berpotensi menjadi sarang bakteri jika tak dibersihkan rutin. Rambut kemaluan juga tak melindungi wanita dari risiko penyakit menular seksual, malah justru dapat membantu virus berkembang.

2. Rambut kemaluan lebat turunkan libido

Foto: Getty Images
Fakta: Ini bergantung pada pasangan masing-masing. Para peneliti meyakini bahwa rambut kemaluan justru bisa meningkatkan gairah karena penuh feromon. "Kelenjar sebaceous yang ada pada kulit menghasilkan sekresi berbau, ketika kemudian sekresi ini bercampur dengan bakteri pada kulit dan rambut maka akan menghasilkan aroma yang disebut feromon. Sebagian pria bisa tertarik dengan feromon ini," tutur Askew.

3. Warna rambut kemaluan sama dengan rambut di kepala

Foto: thinkstock
Fakta: Menanggapi mitos ini, Askew menjelaskan tidak demikian. "Lihatlah alis wanita untuk prediksi yang lebih akurat. Pada sebagian wanita hal ini bisa diamati, meskipun belum tentu cocok benar," imbuh Askew.

4. Rambut kemaluan tak pernah berhenti tumbuh

Foto: thinkstock
Fakta: Menurut Askew, rambut kemaluan akan berhenti tumbuh dan konstan pada tingkat tertentu. Rambut ini pada waktunya akan rontok dan yang baru akan tumbuh. Pakar kesehatan kulit di New York, Sejal Shah, MD, mengatakan panjang rambut kemaluan bervariasi pada setiap orang.

5. Punya kulit sensitif, rambut kemaluan tak perlu dicukur

Foto: thinkstock
Fakta: Tak selalu demikian, Askew menjelaskan bahwa pada dasarnya rambut kemaluan tetap harus dicukur dan dirapikan. Jika Anda memiliki kulit sensitif, maka gunakan krim khusus untuk bercukur. "Bila rambut kemaluan tak dicukur atau dirapikan, maka bakteri yang hidup di sana bisa menyebabkan munculnya infeksi," tutur Askew.
Halaman 2 dari 6
Fakta: Yang benar justru sebaliknya. Rambut kemaluan yang tidak rajin dibersihkan justru bisa menjadi tempat berkembang biak bagi bakteri. Menurut Wendy Askew, MD, dari Institute for Women's Health di San Antonio, rambut kemaluan berpotensi menjadi sarang bakteri jika tak dibersihkan rutin. Rambut kemaluan juga tak melindungi wanita dari risiko penyakit menular seksual, malah justru dapat membantu virus berkembang.

Fakta: Ini bergantung pada pasangan masing-masing. Para peneliti meyakini bahwa rambut kemaluan justru bisa meningkatkan gairah karena penuh feromon. "Kelenjar sebaceous yang ada pada kulit menghasilkan sekresi berbau, ketika kemudian sekresi ini bercampur dengan bakteri pada kulit dan rambut maka akan menghasilkan aroma yang disebut feromon. Sebagian pria bisa tertarik dengan feromon ini," tutur Askew.

Fakta: Menanggapi mitos ini, Askew menjelaskan tidak demikian. "Lihatlah alis wanita untuk prediksi yang lebih akurat. Pada sebagian wanita hal ini bisa diamati, meskipun belum tentu cocok benar," imbuh Askew.

Fakta: Menurut Askew, rambut kemaluan akan berhenti tumbuh dan konstan pada tingkat tertentu. Rambut ini pada waktunya akan rontok dan yang baru akan tumbuh. Pakar kesehatan kulit di New York, Sejal Shah, MD, mengatakan panjang rambut kemaluan bervariasi pada setiap orang.

Fakta: Tak selalu demikian, Askew menjelaskan bahwa pada dasarnya rambut kemaluan tetap harus dicukur dan dirapikan. Jika Anda memiliki kulit sensitif, maka gunakan krim khusus untuk bercukur. "Bila rambut kemaluan tak dicukur atau dirapikan, maka bakteri yang hidup di sana bisa menyebabkan munculnya infeksi," tutur Askew.

(ajg/vit)

Berita Terkait