Dikatakan dosen senior Developmental Psychology di University of Melbourne, Heidi Gazelle, saat anak malu dengan orang yang sudah ia kenal, bisa jadi ada hal-hal yang membuat anak tak nyaman bahkan cenderung takut dengan orang itu. Apalagi ketika rasa malu itu sudah mengganggu rutinitas anak, sudah saatnya orang tua bersikap.
"Misalnya anak mengeluh kesepian, dia sedih. Kemudian, rasa malu yang dialami anak membuat ia tidak mau menghadiri pesta ulang tahun anak lain atau teman di sekolahnya. Lalu, rasa malu yang membuat anak enggan mengunjungi keluarga atau temannya patut pula dicurigai," tutur Gazelle kepada The Conversation dan dikutip dari Daily Mail.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dorong anak untuk berinteraksi dengan anak lain atau ikutkan dia di kegiatan ekstrakurikuler. Bicarakan pula konsep persahabatan dengan anak. Ketika anak punya masalah dengan temannya, dorong ia untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara yang baik," kata Gazelle.
Baca juga: Kenali Ciri-ciri Anak Stres
Bagi anak yang pemalu, dengan pengalaman hidup, ia bisa jadi berani. Demikian disampaikan psikolog anak dan remaja Anna Surti Arianni, M.Psi. Misalnya saja, anak sejak SD sampai SMP sangat pemalu. Tapi ketika duduk di bangkus SMA, ada suatu hal yang membuat si anak mau tidak mau harus berbicara, misalnya dalam presentasi pelajaran atau lomba.
Wanita yang akrab disapa Nina ini mengungkapkan, ketika anak mau tidak mau mulai mencoba tampil berani, guru bisa bertindak dengan bijak ketika anak melakukan kesalahan, anggaplah itu kesalahan yang bisa diterima dan wajar. Sehingga, anak yang tadinya sudah mulai percaya diri, tidak merasa down kembali.
"Saat anak salah, jangan ditertawakan. Maka dari itu penting juga melalui budaya di sekolah, ditanamkan pada para murid jika ada teman yang salah untuk tidak ditertawakan. Karena, kesalahan dalam proses belajar itu lumrah," lanjut Nina.
Sementara, psikolog anak dan remaja Alzena Masykouri MPsi menegaskan sudah semestinya anak harus mendapat kesempatan untuk berada dan berinteraksi di banyak model situasi. Di sinilah, peran orang tua akan sangat bermanfaat untuk menjadi pendamping anak.
"Untuk itu, orang tua juga harus menggerakkan diri, mengubah perilakunya agar ia dapat mendampingi anak berada dalam berbagai macam situasi sosial dan mendapatkan manfaat dari interaksi bersama orang lain," tutur wanita yang akrab disapa Zena ini.
Baca juga: Anak Terlalu Malu untuk Bicara, Ini Termasuk Gangguan Kecemasan Lho
(rdn/up)











































