Seperti disampaikan oleh dr Mahatma Sotya Bawono, SpTHT dari RS Akademik UGM Yogyakarta, gangguan pendengaran pada dasarnya bisa disebabkan oleh beberapa kondisi seperti impaksi serumen, otitis eksterna, otitis media, kerusakan tulang pendengaran, hingga kerusakan saraf pendengaran.
Dokter yang akrab disapa dr Bonnie ini juga membenarkan bahwa gangguan pendengaran bisa menyerang siapa saja, dari berbagai jenis usia. Tak melulu karena genetik atau karena sering mendengarkan suara dengan volume kencang, gangguan pendengaran dengan gejala-gejala di atas juga bisa muncul dari berbagai macam faktor risiko.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: ASI Eksklusif dan Vaksinasi Turunkan Risiko Infeksi Telinga Bayi
Sementara itu, kebiasaan asyik mendengarkan musik bervolume keras dengan menggunakan headset terlalu lama memicu terjadinya sensorineural hearing loss atau gangguan telinga dalam, yang biasanya berhubungan dengan saraf. Kondisi ini sering disebut juga dengan noise induced hearing loss (NIHL).
"Kelainan ini juga dapat terjadi pada pekerja yang berhubungan dengan suara keras seperti mesin jet, terutama mereka yang tidak menggunakan pelindung pendengaran yang sesuai saat bekerja," imbuh dr Bonnie.
Kebiasaan mengorek-ngorek telinga juga disebutkan dr Bonnie dapat mengganggu kesehatan telinga. "Mengorek-ngorek telinga sering dilakukan, padahal itu merupakan faktor risiko terjadinya impaksi serumen dan otitis eksterna atau radang liang telinga," tuturnya kepada detikHealth.
Ya, sebelumnya dr Aditya Suryansyah, SpA dari RSAB Harapan Kita pernah menyebutkan bahwa mengorek-ngorek telinga dengan menggunakan cotton bud tak baik karena justru dapat mendorong serumen masuk ke dalam. Ia menjelaskan, serumen seharusnya dibawa keluar, namun dengan dikorek asal-asalan serumen tersebut justru bisa masuk ke dalam telinga dan memicu infeksi.
Ada dua macam serumen telinga, ada yang bentuk kering dan basah. Tipe serumen yang kering mudah untuk keluar dengan sendirinya. Sedangkan yang basah sering menyebabkan sumbatan. "Jadi harus ekstra hati-hati saat membersihkannya. Saran saya langkah terbaik adalah dibersihkan oleh ahlinya," pesan dr Aditya.
(ajg/vit)











































