Soal Imunisasi pada Anak, Ini Hal-hal yang Perlu Diketahui Orang Tua

Kolom Dokter

Soal Imunisasi pada Anak, Ini Hal-hal yang Perlu Diketahui Orang Tua

dr Raden Lia Mulyani, Sp.A - detikHealth
Selasa, 23 Agu 2016 10:29 WIB
Soal Imunisasi pada Anak, Ini Hal-hal yang Perlu Diketahui Orang Tua
Foto: dok. RSIA SamMarie Basra
Jakarta - Hebohnya pemberitaan mengenai adanya vaksin palsu, tentunya membuat para orang tua menjadi khawatir untuk memvaksin anak-anaknya. Namun sebelum mengambil keputusan yang salah mengenai vaksinasi, berikut ada beberapa hal mengenai vaksinasi yang harus diketahui oleh orang tua.

Apa itu Vaksin?

Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa sehingga bila diberikan kepada seseorang tidak menimbulkan penyakit, namun tetap akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jenis-jenis Vaksin

Vaksin terdiri dari 2 jenis, yaitu:

1. Vaksin hidup, yaitu kuman atau virus hidup yang dilemahkan. Vaksin yang termasuk jenis ini adalah vaksin polio oral, campak, MMR (campak, gondongan, rubela), rotavirus, varisela (cacar air) dan BCG.

2. Vaksin inaktif, yaitu kuman, virus atau komponennya yang dibuat mati dan tidak aktif. Vaksin yang termasuk jenis ini adalah vaksin hepatitis B, DPT (difteri, pertusis, tetanus), HiB (haemophillus influenzae tipe B), influenza, pneumokokus, hepatitis A, tifoid, polio suntik.

Definisi Vaksinasi atau Imunisasi

Vaksinasi atau yang dikenal juga dengan imunisasi merupakan suatu cara pencegahan primer untuk menghindari terjadinya sakit. Vaksinasi merupakan suatu tindakan memberikan vaksin untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh secara aktif. Pemberian vaksin ini meniru 'infeksi alamiah' yang tidak berbahaya (tidak menimbulkan sakit), namun cukup untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut.

Cara Imunisasi

Pemberian vaksin pada anak dapat dilakukan melalui penyuntikan ke dalam otot, di bawah kulit, atau ke dalam kulit. Namun untuk vaksin polio oral dan rotavirus, pemberiannya dilakukan dengan meneteskan ke dalam mulut.

Tujuan Imunisasi

Imunisasi akan membentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu, sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya di kemudian hari maka anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen atau penyakit yang masuk tersebut.

Terkadang imunisasi tidak mencegah 100 persen penyakit, namun pemberian imunisasi dapat mengurangi keparahan penyakit yang diderita atau hanya sakit ringan.

Fungsi Imunisasi

Berdasarkan jenis vaksin yang diberikan, berikut adalah fungsi imunisasi:

1. Vaksin Hepatitis B mencegah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B

2. Vaksin Polio Mencegah kelumpuhan akibat infeksi virus polio di susunan saraf

3. Vaksin BCG Mencegah sakit tuberculosis (TBC)

4. Vaksin DTP Mencegah penyakit difteri, tetanus dan pertusis (batuk rejan)

5. Vaksin HiB Mencegah radang paru-paru dan radang selaput otak akibat infeksi bakteri haemophillus influenzae tipe B (HiB)

6. Vaksin Pneumokokus (PCV) Mencegah radang paru-paru, radang selaput otak dan sepsis akibat infeksi bakteri pneumokokus

7. Vaksin Rotavirus Mencegah diare yang disebabkan infeksi virus rotavirus

8. Vaksin Influenza Mencegah sakit infeksi saluran pernapasan (influenza) dan komplikasinya yang disebabkan oleh virus influenza A dan B

9. Vaksin Campak Mencegah sakit campak

10. Vaksin MMR Mencegah sakit campak, campak jerman dan gondongan

11. Vaksin Tifoid Mencegah sakit tifoid atau tifus akibat infeksi bakteri Salmonella Typhi

12. Vaksin Hepatitis A Mencegah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A

13. Vaksin Varisela Mencegah sakit cacar air akibat infeksi virus varisela zooster

14. Vaksin Human Papiloma Virus (HPV) Mencegah infeksi Human Papiloma Virus (HPV) yang merupakan faktor risiko untuk terjadinya kanker leher rahim

Vaksin Wajib Vs Vaksin Tambahan

Adanya istilah ini sering membuat rancu orang tua karena memberikan kesan seolah-olah vaksinasi yang diperlukan hanyalah vaksin wajib, padahal vaksinasi lengkap sangat diperlukan untuk mendukung tumbuh kembang seorang anak menjadi optimal.

Istilah vaksin wajib sebenarnya adalah vaksin yang sudah menjadi program nasional. Vaksin tersebut merupakan vaksin-vaksin yang sudah disubsidi oleh pemerintah dan dapat diperoleh di puskesmas dan posyandu secara gratis. Dengan demikian maka setiap anak diwajibkan mendapatkan vaksin tersebut. Yang merupakan vaksin wajib adalah vaksin Hepatitis B, Polio, BCG, DTP, HiB (haemophillus influenzae tipe B) dan campak.

Sementara vaksin tambahan merupakan vaksin-vaksin yang masih di luar program nasional dan belum disubsidi oleh pemerintah. Beberapa vaksin tersebut masih merupakan vaksin impor sehingga harganya masih relatif mahal. Walaupun demikian bukan berarti vaksin tambahan tidak diperlukan, karena mengingat tujuan vaksin adalah memberikan kekebalan tubuh yang spesifik, maka setiap vaksin akan memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit sesuai dengan vaksin yang diberikan.

Vaksin yang berbeda akan memberikan kekebalan tubuh yang berbeda juga. Semakin banyak jenis kekebalan tubuh yang dimiliki seorang anak maka semakin kecil kemungkinan seorang anak mengalami sakit.

Beberapa vaksin tambahan yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk diberikan adalah influenza, cacar, MMR, pneumokokus, rotavirus, hepatitis A, dan tifoid.

Jadwal Imunisasi

Berikut adalah jadwal imunisasi yang direkomendasikan oleh IDAI:


Cara membaca kolom umur: misal 2 berarti umur 2 bulan (60 hari) sd 2 bulan 29 hari (89 hari)

Rekomendasi imunisasi berlaku mulai 1 Januari 2014 dan dapat diakses pada website IDAI (http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal- imunisasi-anak- idai.html)

Untuk memahami tabel jadwal imunisasi perlu membaca keterangan tabel

1. Vaksin hepatitis B. Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K1. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin hepatitis B dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda.

Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat menggunakan vaksin hepatitis B monovalen atau vaksin kombinasi.

2. Vaksin polio. Pada saat lahir atau pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral (OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namun sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.

3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2 bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.

4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada umur 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td, di-booster setiap 10 tahun.

5. Vaksin campak. Vaksin campak kedua tidak perlu diberikan pada umur 24 bulan, apabila MMR sudah diberikan pada 15 bulan.

6. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu booster 1 kali pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.

7. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen : dosis ke-1 diberikan umur 6-14 minggu, interval dosis ke-2 dan ke-3, 4-10 minggu; dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4 minggu).

8. Vaksin varisela. Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada umur lebih dari 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.

9. Vaksin influenza. Vaksin influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6 - < 36 bulan, dosis 0,25 mL.

10. Vaksin human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan interval 0,2,6 bulan.

Vaksin Palsu

Terungkapnya temuan vaksin palsu yang beredar di beberapa rumah sakit dan klinik tentunya membuat orangtua sangat resah. Berbeda dengan vaksin asli yang berisi antigen, berdasarkan hasil penyelidikan, ditemukan bahwa isi vaksin palsu adalah cairan infus, cairan pelarut vaksin dan antibiotik gentamisin. Cairan infus umumnya berisi elektrolit dan gula yang terlarut dalam air, sedangkan pelarut vaksin berisi cairan garam fisiologis. Keduanya aman bila terserap tubuh.

Kandungan antibiotik gentamisin dalam vaksin palsu dalam dosis yang rendah, sehingga relatif aman jika terserap tubuh. Kemungkinan risiko dampak jangka pendek dari penyuntikan vaksin palsu adalah alergi dengan komponen kandungan vaksin palsu atau infeksi akibat pembuatan palsu yang tidak steril. Dampak ini bisa terjadi segera sampai 72 jam setelah penyuntikan.

Dampak jangka panjang pemberian vaksin palsu ini relatif tidak berbahaya terhadap tubuh, namun vaksin palsu tidak memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu.

Apa yang harus dilakukan jika anak mendapatkan vaksin palsu? Apabila orang tua mencurigai anaknya mendapatkan vaksin palsu, maka usahakan untuk memastikan apakah vaksin yang diberikan asli atau tidak. Orangtua bisa menanyakan pada dokter yang melakukan imunisasi dulu apakah vaksin yang diberikan didapatkan dari distributor resmi atau dinas kesehatan.

Distributor resmi vaksin akan menjamin penyimpanan dan pengiriman vaksin telah memenuhi standar yang ditentukan, serta mendukung dokumen yang diperlukan untuk membuktikan keaslian vaksin. Apabila kemungkinan besar anak mendapatkan vaksin palsu, maka dianjurkan untuk melakukan imunisasi ulang sesuai dengan rekomendasi yang dianjurkan oleh IDAI.

Adanya kejadian vaksin palsu ini diharapkan tidak menyurutkan semangat para orang tua untuk tetap membawa anaknya untuk imunisasi, mengingat tidak semua vaksin yang beredar adalah palsu. Selain itu, pemberian imunisasi akan membantu anak tumbuh dengan sehat.

Orang tua bebas memilih dokter anak dan rumah sakit atau klinik yang bisa dipercaya dan dapat menanyakan sumber pembelian vaksin karena vaksin yang didapat dari distributor resmi atau dinas kesehatan dapat dijamin keasliannya.

Referensi:

1. Buku pedoman imunisasi di Indonesia, edisi V, tahun 2014

2. Satgas Imunisasi IDAI. Seputar Vaksin Tidak Berkhasiat [Internet]. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016 Juli. Diunduh dari http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/seputar-kekuatiran- terkait-vaksin- tidak-berkhasiat

3. Satgas Imunisasi IDAI. Rekomendasi IDAI untuk anak yang terpajan vaksin palsu [internet]. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016 Juli

*) dr Raden Lia Mulyani, Sp.A adalah dokter spesialis anak yang berpraktik di RSIA SamMarie Basra, Duren Sawit, Jakarta Timur.

(vit/vit)

Berita Terkait