"Douching dapat dilakukan, tapi sebaiknya jangan terlalu sering dan jangan memilih bahan-bahan yang bersifat antiseptik karena dapat mengubah keasaman vagina sehingga bakteri normal menjadi mati," tutur dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK, dari D&I Skin Center, Denpasar, kepada detikHealth baru-baru ini.
Pria yang akrab disapa dr Darma ini menambahkan, rutin menggunakan douching dapat menyebabkan perubahan pH keasaman pada vagina. Akibatnya, kondisi basa di area vagina bisa membunuh bakteri normal yang berdampak pada risiko penyakit yang dikenal dengan istilah bakterial vaginosis yang ditandai oleh keluhan keputihan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Normalnya vagina sudah punya sistem tersendiri untuk menjaga kebersihannya. Vagina akan memproduksi mucus (lendir) yang akan membasuh semua kotoran, darah atau sperma yang tersisa. Karena itu normal tertinggal cairan atau lendir pada pakaian dalam," sambung dr Darma.
Terkait dengan dampak penggunaan douching, Ami Zota dari Milken School of Public Health di George Washington University juga mengatakan mencuci vagina atau douching dapat meningkatkan infeksi bakteri, penyakit inflamasi panggul, komplikasi kehamilan, dan potensi kanker.
Hal ini disebabkan karena bakteri alami dan tingkat keasaman yang ada di vagina bisa jadi tak seimbang. Oleh karena itu, amat tidak disarankan untuk terlalu sering membersihkan area kewanitaan dengan douching.
"Douching tidak diperlukan secara medis. Vagina yang sehat punya sistem pembersih diri yang efektif," imbuh Zota seperti dilansir Reuters.
Baca juga: Studi: Douching Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Ovarium Dua Kali Lipat (rdn/vit)











































