Wulan Ayu Ramadhani, M. Psi, psikolog dari Klinik Rumah Hati, dalam perbincangan dengan detikHealth menjelaskan, bentuk bullying memang bermacam-macam. Yang umum terjadi adalah secara fisik langsung, verbal dan non-verbal.
"Secara non-verbal, misalnya seperti menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, mengancam, mengucilkan," ujar Wulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bullying secara fisik langsung dilakukan antara lain dengan memukul, mendorong, merusak baran, dan sebagainya. Sedangkan bullying secara verbal antara lain dilakukan dengan menyampaikan kata-kata ancaman, ucapan yang mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi julukan nama, mencela, mengintimidasi, serta menyebarkan gosip.
![]() |
Wulan menambahkan setiap perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau kelompok yang dianggap lemah dengan tujuan menyakiti sebenarnya sudah dianggap sebagai bullying. Jadi karakteristik bullying adalah menyakiti korban dan perilaku ini dilakukan berulang-ulang.
Kata Wulan, bullying bisa saja terjadi pada siapa saja dengan cara apa saja. Nah, jika korban bullying
memiliki regulasi emosi yang baik, maka ia dapat memilih bagaimana harus merespons perilaku bullying yang dihadapinya.
"Misalnya menegur dengan halus atau mengabaikan perilaku bullying tersebut," imbuh perempuan yang juga pengasuh konsultasi psikologi seks dan perkawinan di detikHealth ini.
Baca juga: Hati-hati, Memberi Nama Julukan yang Buruk Bisa Jadi Bullying (vit/up)












































