Menanggapi hal ini, dr I Gusti Nyoman Ayu Partiwi SpA dari RS Bunda Jakarta menuturkan, pada kenyataannya tidak semua ibu bisa mencukupi kebutuhan ASI bayinya. Sebab, produksi ASI pada prinsipnya tergantung pada kondisi hormon ibu, nutrisi, dukungan dari lingkungan, dan persepsi yang juga berhubungan dengan proses menyusui.
"Kalau semua ibu bisa menghasilkan ASI iya. Tapi apakah 100 persen ibu cukup produksi ASI-nya untuk bayinya, ini yang tidak 100 persen," kata wanita yang akrab disapa dr Tiwi ini dalam perbincangan dengan detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bayi-bayi yang Susah Menyusu
Namun, ada pula kondisi yang membuat ibu sulit memproduksi ASI sehingga bayi harus mendapat donor ASI atau susu formula. Kondisi itu di antaranya ketika ibu mengidap HIV dan tidak mengonsumsi antiretroviral (ARV) atau ibu sedang menjalani kemoterapi.
Kepada detikHealth beberapa waktu lalu, dr Yovita Ananta, SpA, IBCLC, MHSM, dari RS Pondok Indah mengatakan asal didukung dengan baik, produksi ASI seorang ibu akan terus berjalan dan cukup untuk bayinya paling tidak sampai si bayi berusia 6 bulan.
Sayangnya, masih banyak faktor-faktor penghambat di luar fisik ibu yang juga sangat memengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran ASI. Misalnya kondisi sakit, stres, atau sibuk bekerja, bisa membuat produksi ASI turun.
"Apapun yang mengganggu hormonal dan psikologis ibu, itu bisa langsung mengganggu produksi ASI. Jika hal itu bisa dijauhi ibu, serta anggota keluarga lainnya, maka ASI eksklusif bisa dicapai. Jika secara fisik seorang ibu dalam kondisi baik, kelenjar payudaranya juga berproduksi lancar. Tapi ASI bisa turun produksinya kalau efek-efek dari luar ini terus mengganggu," imbuh dr Yovita.
Baca juga: Ibu Sering Telat Memerah ASI, Produksi ASI Bakal Menurun?
(rdn/vit)











































