Peneliti Utama Eliminate Dengue Program (EDP) dari Universitas Gadjah Mada, Prof Adi Utarini, mengatakan tujuan utama pelepasan nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia memang memutus rantai penularan DBD. Meski begitu, Prof Uut, begitu ia biasa disapa, mengatakan efek yang sama juga berlaku bagi virus Zika dan Chikungunya.
"Memang wolbachia ini tidak berbahaya hanya untuk virus dengue saja, tapi juga memiliki efek yang kepada virus Zika dan Chikungunya yang juga disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti," tuturnya, dalam temu media di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (2/9/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu alasannya disebutkan Prof Uut adalah virus-virus tersebut masih satu keluarga, yakni flavivirus. Selain itu, bisa jadi hal ini juga dikarenakan virus-virus tersebut berada dalam nyamuk yang sama.
Prof Uut juga menyinggung langkah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang merekomendasikan pelepasan nyamuk dalam skala besar untuk mengatasi epidemi Zika di Brazil. Namun di Indonesia, nyamuk ber-wolbachia masih ditujukan untuk menurunkan angka DBD.
"Fokus DBD dulu karena bebannya lebih tinggi DBD di Indonesia daripada Zika. Nah, Chikungunya dan Zika ini sekalianlah karena nyamuknya kan sama," tandasnya lagi.
Wolbachia merupakan organisme yang hanya bisa hidup dalam tubuh serangga. Bakteri Wolbachia yang terkandung dalam Aedes aegypti dapat mematikan virus di dalam tubuh nyamuk dan mempersingkat masa hidup nyamuk dewasa.
Baca juga: Di Laboratorium Inilah Nyamuk Ber-Wolbachia yang Dilepas di Sleman Diciptakan (mrs/up)











































