Contoh dari penyakit HPV yang paling umum adalah kanker serviks pada wanita. Bila sudah kena tidak ada obat ampuh yang bisa menyembuhkannya sehingga sangat disarankan agar rutin melakukan deteksi dini dengan Inspeksi Visual asam Asetat (IVA) atau pap smear dan juga melakukan vaksinasi.
Karena perjalanan penyakit memerlukan waktu tahunan, World Health Organization (WHO) merekomendasikan vaksin diberikan pada anak laki-laki dan perempuan yang belum aktif secara seksual mulai dari umur sekitar sembilan tahun agar efek perlindungan bisa maksimal. Namun demikian tidak ada salahnya juga bila orang dewasa ingin mendapat vaksin karena pada perempuan dewasa sarannya bahkan sampai usia 55 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mulai Oktober, Jakarta Jadi Pilot Project Vaksinasi HPV untuk Anak SD
Terkait hal tersebut Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengabarkan bahwa akan segara dilakukan pilot project vaksinasi HPV pada awal Oktober 2016. Targetnya 75 ribu siswa kelas lima Sekolah Dasar (SD) di Jakarta. Namun karena keterbatasan sumber daya, prioritas vaksin masih untuk anak perempuan saja meski rekomendasi menyebut vaksin bisa juga diberikan untuk anak laki-laki.
"Kenapa rekomendasinya dipilih anak-anak, karena saat remaja itu terjadi perubahan mukosa atau selaput lendir di mulut rahim sehingga jadi ada kerentanan terhadap infeksi virus," kata Dr dr Hindra Irawan Satari, SpA(K), MTrop. Paed, dari SatGas Imunisasi Anak pada temu media di Balai Kota, Selasa (27/9/2016).
Menurut ahli anak-anak cukup diberikan vaksinnya dua kali saja dalam rentang waktu enam bulan karena imunitasnya masih bagus. Sementara itu pada orang dewasa vaksin diberikan tiga kali dalam rentang waktu dua bulan untuk memperoleh efek perlindungan yang sama.
"WHO tentunya tidak akan melakukan rekomendasi tanpa menilai keamanan vaksin ini. Dua tahun lalu badan independen yang terdiri dari orang-orang berkompeten dalam Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) mengeluarkan statement bahwa vaksin HPV aman dari hasil evaluasi berkelanjutan," kata dr Hindra.
"Diamati delapan tahun secara terus menerus tidak terdapat bukti laporan yang menyebutkan bahwa vaksin berbahaya," lanjut dr Hindra.
Baca juga: Sudah Sembuh, Kutil Kelamin Akibat HPV Masih Bisa Kambuh Kembali (fds/vit)











































