Sayangnya, masih ada beberapa hambatan yang menjadi batu sandungan eliminasi. Salah satunya adalah keengganan masyarakat untuk minum obat karena merasa tidak sakit atau tidak terinfeksi.
Padahal menurut Prof Dr dr Purwantyastuti, MSc, SpFK, Ketua Komite Ahli Penyakit Kaki Gajah, penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang tidak memiliki gejala. Seseorang bisa saja terinfeksi cacing penyebab kaki gajah hari ini, namun butuh waktu berbulan-bulan hingga tahunan sebelum cacing menyebabkan bengkak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kemenkes Yakin Indonesia Bebas dari Penyakit Kaki Gajah pada Tahun 2020
Ketika sudah bengkak pun, masih ada sebagian masyarakat yang enggan berobat karena merasa malu. Hal ini tentunya memperlambat proses penyembuhan, yang malah memperparah kondisi pasien.
![]() |
Dijelaskan Prof Tuti, bengkak akibat penyakit kaki gajah sejatinya masih bisa disembuhkan, asalkan bengkak masih kecil atau penyakit masih dalam stadium ringan. Pengobatan dilakukan dengan meminum obat DEC dan Albendazole yang mampu membunuh cacing di dalam tubuh.
"Kalau nggak berobat, nanti bengkanya bisa makin besar. Kalau sudah besar itu nggak bisa lagi, harus dioperasi kakinya dan akhirnya menimbulkan kecacatan," paparnya.
Maka dari itu, dengan adanya program bulan eliminasi kaki gajah setiap tahun, diharapkan masyarakat lebih mudah berpartisipasi dalam proses eliminasi penyakit kaki gajah. Obat diberikan secara gratis oleh puskesmas dan hanya diminum satu kali setiap tahun.
"Kalau semua masyarakat minum obat, jumlah cacing di dalam tubuh akan makin lama makin sedikit. Sehingga jikapun ada nyamuk yang menggigit, nggak akan menularkan ke orang lain," terangnya.
Baca juga: Maladewa dan Sri Lanka Sukses Lenyapkan Penyakit Kaki Gajah (mrs/up)












































