dr Julistio Djais, SpA(K), MKes, pakar gizi anak dari RS Hasan Sadikin Bandung, mengatakan langkah pertama yang harus dilakukan untuk mencegah obesitas anak adalah memberi pemahaman kepada orang tua. Orang tua harus mengerti bahwa anak yang gemuk bisa membawa dampak buruk bagi si anak di masa depan.
"Orang tuanya dulu yang harus paham bahaya obesitas pada anak. Memang mungkin sekarang terlihat lucu, tapi coba pikirkan dampaknya dalam 5 tahun atau 10 tahun ke depan, apakah masih akan lucu?" tutur dr Julistio dalam temu media di Hotel Veranda, Jl Kyai Maja, Jakarta Selatan, Senin (3/10/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Balita Kelebihan Berat Badan, Risiko Penyakit Jantung Mengintai Saat Dewasa
Secara kurva tumbuh kembang, anak biasanya mengalami kelebihan berat badan hingga usia 5 tahun. Setelah usia 5 tahun, terjadi penurunan berat badan seiring bertambahnya tinggi badan anak.
Nah, anak yang kembali gemuk saat menjelang puber berisiko mengalami kegemukan hingga remaja, bahkan dewasa. Di sisi lain, risiko obesitas ditemukan lebih rendah pada anak yang setelah usia 5 tahun tidak memiliki penambahan berat badan yang berarti.
Risiko kegemukan juga ditemukan lebih besar pada anak-anak yang mengonsumsi susu formula. Dikatakan dr Julistio, hal ini terjadi karena penumpukan nutrisi akibat anak diberikan susu formula sekaligus diet makanan yang tidak seimbang.
"Kalau orang tuanya sudah paham bahaya diabetes anak, baru kita bicarakan apa penanganannya. Apakah dietnya yang diubah atau aktivitas fisiknya yang diperbanyak. Yang penting orang tuanya paham dulu kalau obesitas anak itu berbahaya," tandasnya.
Baca juga: Dua Cara Simpel untuk Bantu Anak Terhindar dari Obesitas (mrs/vit)











































