Menurut dr Maria Eka Dana SpKFR dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, gangguan pendengaran dapat terjadi karena kelahiran prematur dan kelainan darah. Sehingga dr Dana menyarankan orang tua melakukan deteksi dini gangguan tersebut.
"Biar orang tua lebih waspada bisa lakukan deteksi dini. Untuk gangguan pendengaran, anak bisa diberikan mainan bunyi-bunyian dan lihat apakah anak merespons atau nggak. Karena kalau ada bunyi pasti anak kaget atau anak dipanggil pasti nengok," tutur dokter yang akrab disapa dr Dana ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bisakah Orang dengan Gangguan Pendengaran dan Ketulian Disembuhkan?
"Yang harus dilakukan orang tua, pertama adalah periksa dan konsultasi dulu ke dokter telinga hidung dan tenggorokan (THT), pastikan apakah anak mengalami gangguan atau tidak. Lalu lanjutkan terapi dengan dokternya," sambung dr Dana.
Lebih lanjut, dr Dana menjelaskan akibat dari keterlambatan penanganan gangguan pendengaran.
"Kalau terlambat dideteksi anak bisa lambat bicaranya dan terapinya memang bisa membantu. Untuk pemakaian alat bantu dengar pun juga tergantung derajat ketuliannya, mungkin gak perlu alat bantu atau bisa pake bahasa isyarat," imbuh dr Dana.
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2010, produksi alat bantu dengar mencakup kebutuhan dunia sebanyak 10 persen. Sementara untuk negara berkembang hanya mencakup 3 persen.
Baca juga: Hati-hati Gangguan Pendengaran Bayi yang Tak Terdeteksi
(vit/vit)











































