Menurut dr Agung Zentyo Wibowo, ketua Prematur Indonesia bagian otak pada bayi prematur belum memiliki mielinisasi yang sempurna atau pelapisan lemak pada ujung saraf, dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan. Hal tersebutlah yang menurut dr Agung akan memengaruhi tumbuh kembang anak, termasuk kecerdasannya.
"Memang kemungkinan masalah tersebut berpengaruh pada kecerdasan dan IQ anak. Namun itu bukan jaminan bahwa semua bayi prematur seperti itu, karena itu semua tergantung pada seberapa berat kasusnya," kata dr Agung kepada detikHealth usai acara World Premature Day: Optimalisasi Tumbuh Kembang Bayi Prematur di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr Agung memberi contoh kasus bayi yang lahir dengan berat normal di usia 26 minggu atau extremely preterm. Menurut dia, si bayi tetap berkesempatan memiliki kecerdasan yang baik walaupun otaknya belum terbentuk mielinisasi secara sempurna.
"Jadi modal di otaknya kalah sama bayi yang cukup bulan. Karena semakin cukup bulan maka bayi akan semakin baik dan kondisi otaknya juga bagus," sambung dr Agung.
Oleh karena itu, dr Agung mengingatkan kepada orang tua untuk lebih waspada ketika bayi lahir prematur. Selain itu, penting pula bagi orang tua untuk rajin memberi stimulasi pada buah hatinya demi mengoptimalkan perkembangan otak si kecil.
Sementara, bayi prematur yang lahir dengan ukuran kecil juga bisa disebabkan usia kehamilan dan berat lahir yang kurang. Tapi, dr Agung menekankan belum tentu semua bayi prematur lahir dengan ukuran kecil.
"Bisa juga bayi prematur yang lahir 35 minggu tapi beratnya sudah 3 kg. Ada juga sebaliknya, bayi lahir usia 38 minggu tapi beratnya 2 kg. Inilah kondisi di mana usia dan berat badan bayi nggak sesuai, atau BBLR (berat badan lahir rendah-red)," pungkas dr Agung.
Baca juga: Metode Kanguru, 'Penghangat' Alami Ala Inkubator untuk Bayi Prematur (rdn/vit)











































