Soal Pemberian ASI, 5 Hal Ini Sering Bikin Galau Ibu yang Baru Melahirkan

Soal Pemberian ASI, 5 Hal Ini Sering Bikin Galau Ibu yang Baru Melahirkan

Nurvita Indarini - detikHealth
Kamis, 15 Des 2016 13:03 WIB
Soal Pemberian ASI, 5 Hal Ini Sering Bikin Galau Ibu yang Baru Melahirkan
Foto: iStock
Jakarta - Memberikan air susu ibu (ASI) terkadang tidak semudah yang dibayangkan. Kerap kali pengetahuan yang minim dan 'tekanan' tertentu membuat ibu gagal memberikan ASI.

Mungkin ada ibu yang berpikir ASI akan langsung membanjir setelah melahirkan. Jadi ketika ASI-nya tak kunjung keluar, bahkan sampai 1-2 hari setelah melahirkan bisa membuatnya stres dan berpikir ASI-nya tidak ada.

Nah, dirangkum detikHealth dari berbagai sumber, berikut ini hal-hal yang sebenarnya wajar terkait pemberian ASI namun kerap bikin ibu yang baru melahirkan galau:

1. ASI Nyaris Tidak Keluar

Foto: thinkstock
Bagi ibu-ibu yang pernah punya pengalaman melahirkan, apakah ASI Anda langsung mengucur deras sesaat setelah melahirkan? Bisa jadi iya, tapi beberapa ibu yang lain ASI-nya tidak langsung keluar.

Seperti dialami Mirza, seorang pembaca detikHealth beberapa waktu lalu.Kata dia, seusai melahirkan, payudara sudah dipijat, dikompres dan bahkan dipompa. Tapi apa hasilnya? ASI yang keluar sangat sedikit.

Untunglah Mirza mendapatkan support dari kakaknya bahwa pemberian ASI terkait dengan mindset. "Selalu pikir ASI ada, ASI cukup, tidak ada pilihan lain selain ASI," kata Mirza.

Untunglah perjuangannya terbayar. Perlahan tapi pasti ASI-nya semakin banyak keluar dan bisa memenuhi kebutuhan si kecil.

Bayi yang baru lahir juga lambungnya baru sebesar kelereng yang cuma bisa menampung 5-7 cc cairan dan itu sudah dicukupi dengan kolostrum. dr Edi Setiawan Tehuteru Sp. A(K), MHA, IBCLC menyebutkan jika dalam waktu tiga hari anak diberi susu formula karena orang tua khawatir anaknya lapar, hal itu justru memperlambat produksi ASI.

Menurut studi yang dilakukan dokter di RSCM, produksi ASI bisa lancar setelah 23 jam setelah melahirkan. Sedangkan, pada bayi yang diberi susu formula, produksi ASI baru lancar dalam waktu 33,5 jam.

Baca juga: Awalnya Puting Lecet dan ASI Tak Keluar, Ini Perjuangan Mirza Menyusui Anaknya

2. Puting Kecil, Susah Menyusui

Foto: thinkstock
Di dunia ini tidak ada yang seragam, termasuk bentuk dan ukuran puting ibu. Bagi ibu yang putingnya kecil, bahkan mungkin nyaris datar, bukanlah pembenar untuk tidak memberikan ASI kepada bayinya.

"ASI diperah nggak sampai sesendok. Si Dedek juga kesusahan menyusu, mungkin karena puting saya kecil," ucap Anna, pembaca detikHealth lainnya.

Konselor laktasi RS Hermina Bekasi, dr Sylvia Haryeny, IBCLC, mengatakan kelenturan (protraktilitas) payudara lebih penting daripada bentuk puting. dr Sylvia menambahkan yang terpenting adalah ibu merasa yakin dengan kondisi payudaranya dan perlu terampil memposisikan dan melekatkan bayi pada payudara saat menyusui.

dr Edi Setiawan Tehuteru menambahkan menyusu itu tidak pada puting, tapi aerola. "Ibu bisa 'memancing' puting agar keluar sedikit saja dengan nipple puller, setelah itu biarkan bayi menghisapnya," ucapnya.

3. Bayi Sebentar-sebentar Menangis Tandanya Lapar

Foto: thinkstock
Bagi ibu baru, mungkin ada kekhawatiran bayinya yang baru lahir kelaparan karena kerap menangis. Alhasil si ibu berpikir ASI-nya memang sangat sedikit sehingga bayinya selalu kelaparan.

dr Edi Setiawan Tehuteru menjelaskan setiap bayi menangis tak melulu karena lapar. Bisa saja ia ingin digendong, diajak keluar rumah, atau ada hal-hal yang membuatnya tidak nyaman, seperti mengompol dan buang air besar

dr Edi menambahkan pengosongan lambung bayi biasanya terjadi dua sampai tiga jam setelah ia menyusu. Untuk memastikan bayi lapar atau tidak, dr Edi memberikan tips untuk mengetahuinya.

"Kalau anak lapar tandanya jari mengepal. Nanti kalau udah kenyang, lama-lama tangannya akan terbuka. Makanya jangan pakaikan sarung tangan. Kalau takut nanti dia melukai wajahnya, bayi itu pintar kok, sekali dia merasa sakit karena wajahnya tergores kuku, dia nggak akan melakukan itu lagi," jelasnya.

4. Puting Lecet dan Berdarah, Sebaiknya Tunda Menyusui?

Foto: thinkstock
Puting lecet hingga berdarah yang bikin pedih mungkin pernah dirasakan ibu-ibu di awal menyusui bayinya. Bisa jadi hal ini menimbulkan kegalauan dalam proses memberikan ASI. Khawatir luka di puting tak kunjung sembuh, ibu pun berpikir untuk menunda memberikan ASI pada bayinya.

"Saat awal-awal menyusui, puting kiri saya lecet. Padahal bagi saya lebih mudah menyusui bayi menggunakan payudara kiri. Nggak cuma lecet, tapi juga berdarah. Perih sekali," tutur Mahira, pembaca detikHealth.

Namun saat konsultasi dengan dokter spesialis anak, dokter menyarankan Mahira untuk terus memberikan ASI. Kondisi ini diduga terjadi akibat posisi perlekatan mulut bayi dengan payudara ibu yang kurang tepat.

"Menyusui itu ibu dan anak sama-sama belajar. Akhirnya kami bisa," imbuh Mahira.

dr Soedjatmiko SpA(K), MSi beberapa waktu lalu menuturkan posisi menyusu yang tepat adalah hidung bayi berhadapan dengan puting, dagu menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, puting didorong ke arah langit-langit bayi hingga bibirnya melipat ke arah bawah.

Selain itu, usahakan pula sebanyak mungkin bagian payudara yang bisa masuk ke mulut bayi. Cara ini bertujuan agar puting tidak terasa nyeri. Jika rasa nyeri sudah sangat mengganggu, sebaiknya segera konsultasi ke dokter.

"Mengoleskan ASI yang diperah pada luka juga bisa membantu menyembuhkan lecet. Perlu diingat pula jangan mengistirahatkan payudara yang lecet," imbuh pria yang akrab disapa dr Miko ini, sembari menambahkan payudara cukup dibersihkan dengan air.

5. Bayi Hanya Mau Menyusu di Satu Sisi Payudara

Foto: thinkstock
Menyusu dan menyusui itu ada kaitannya dengan kenyamanan. Terkadang bayi hanya menyusu di satu sisi payudara saja karena tidak nyaman dengan posisi menyusu di payudara yang lainnya.

"Bayi saya hanya mau menyusu di payudara kiri, jadi saya susui terus di payudara kiri. Rasanya memang jadi lebih ringan sebelah kiri, sih," kata Ririn, seorang ibu yang baru saja melahirkan.

Selalu menggunakan payudara sisi kiri saja akan membuat sisi kanan berhenti memproduksi ASI, demikian pula sebaliknya. Sementara, terlalu sering berpindah dari sisi yang satu ke sisi yang lain ternyata juga tidak lebih baik.

Cara yang benar untuk menyusui dengan kedua sisi adalah menggunakan satu sisi dulu sampai benar-benar habis, setelah itu baru berpindah ke sisi yang lain. Salah satu sisi harus digunakan sampai benar-benar habis, karena ada 2 jenis cairan ASI tidak keluar bersamaan. Kemudian berpindah menyusui di payudara sisi yang lain.

Jenis yang pertama akan keluar lebih dulu, yakni 'susu awal' atau foremilk yang berwarna bening dan encer. Jenis berikutnya adalah 'susu akhir' atau hindmilk yang berwarna keputihan atau kekuningan dan lebih kental karena lebih banyak kandungan lemaknya.

Halaman 2 dari 6
Bagi ibu-ibu yang pernah punya pengalaman melahirkan, apakah ASI Anda langsung mengucur deras sesaat setelah melahirkan? Bisa jadi iya, tapi beberapa ibu yang lain ASI-nya tidak langsung keluar.

Seperti dialami Mirza, seorang pembaca detikHealth beberapa waktu lalu.Kata dia, seusai melahirkan, payudara sudah dipijat, dikompres dan bahkan dipompa. Tapi apa hasilnya? ASI yang keluar sangat sedikit.

Untunglah Mirza mendapatkan support dari kakaknya bahwa pemberian ASI terkait dengan mindset. "Selalu pikir ASI ada, ASI cukup, tidak ada pilihan lain selain ASI," kata Mirza.

Untunglah perjuangannya terbayar. Perlahan tapi pasti ASI-nya semakin banyak keluar dan bisa memenuhi kebutuhan si kecil.

Bayi yang baru lahir juga lambungnya baru sebesar kelereng yang cuma bisa menampung 5-7 cc cairan dan itu sudah dicukupi dengan kolostrum. dr Edi Setiawan Tehuteru Sp. A(K), MHA, IBCLC menyebutkan jika dalam waktu tiga hari anak diberi susu formula karena orang tua khawatir anaknya lapar, hal itu justru memperlambat produksi ASI.

Menurut studi yang dilakukan dokter di RSCM, produksi ASI bisa lancar setelah 23 jam setelah melahirkan. Sedangkan, pada bayi yang diberi susu formula, produksi ASI baru lancar dalam waktu 33,5 jam.

Baca juga: Awalnya Puting Lecet dan ASI Tak Keluar, Ini Perjuangan Mirza Menyusui Anaknya

Di dunia ini tidak ada yang seragam, termasuk bentuk dan ukuran puting ibu. Bagi ibu yang putingnya kecil, bahkan mungkin nyaris datar, bukanlah pembenar untuk tidak memberikan ASI kepada bayinya.

"ASI diperah nggak sampai sesendok. Si Dedek juga kesusahan menyusu, mungkin karena puting saya kecil," ucap Anna, pembaca detikHealth lainnya.

Konselor laktasi RS Hermina Bekasi, dr Sylvia Haryeny, IBCLC, mengatakan kelenturan (protraktilitas) payudara lebih penting daripada bentuk puting. dr Sylvia menambahkan yang terpenting adalah ibu merasa yakin dengan kondisi payudaranya dan perlu terampil memposisikan dan melekatkan bayi pada payudara saat menyusui.

dr Edi Setiawan Tehuteru menambahkan menyusu itu tidak pada puting, tapi aerola. "Ibu bisa 'memancing' puting agar keluar sedikit saja dengan nipple puller, setelah itu biarkan bayi menghisapnya," ucapnya.

Bagi ibu baru, mungkin ada kekhawatiran bayinya yang baru lahir kelaparan karena kerap menangis. Alhasil si ibu berpikir ASI-nya memang sangat sedikit sehingga bayinya selalu kelaparan.

dr Edi Setiawan Tehuteru menjelaskan setiap bayi menangis tak melulu karena lapar. Bisa saja ia ingin digendong, diajak keluar rumah, atau ada hal-hal yang membuatnya tidak nyaman, seperti mengompol dan buang air besar

dr Edi menambahkan pengosongan lambung bayi biasanya terjadi dua sampai tiga jam setelah ia menyusu. Untuk memastikan bayi lapar atau tidak, dr Edi memberikan tips untuk mengetahuinya.

"Kalau anak lapar tandanya jari mengepal. Nanti kalau udah kenyang, lama-lama tangannya akan terbuka. Makanya jangan pakaikan sarung tangan. Kalau takut nanti dia melukai wajahnya, bayi itu pintar kok, sekali dia merasa sakit karena wajahnya tergores kuku, dia nggak akan melakukan itu lagi," jelasnya.

Puting lecet hingga berdarah yang bikin pedih mungkin pernah dirasakan ibu-ibu di awal menyusui bayinya. Bisa jadi hal ini menimbulkan kegalauan dalam proses memberikan ASI. Khawatir luka di puting tak kunjung sembuh, ibu pun berpikir untuk menunda memberikan ASI pada bayinya.

"Saat awal-awal menyusui, puting kiri saya lecet. Padahal bagi saya lebih mudah menyusui bayi menggunakan payudara kiri. Nggak cuma lecet, tapi juga berdarah. Perih sekali," tutur Mahira, pembaca detikHealth.

Namun saat konsultasi dengan dokter spesialis anak, dokter menyarankan Mahira untuk terus memberikan ASI. Kondisi ini diduga terjadi akibat posisi perlekatan mulut bayi dengan payudara ibu yang kurang tepat.

"Menyusui itu ibu dan anak sama-sama belajar. Akhirnya kami bisa," imbuh Mahira.

dr Soedjatmiko SpA(K), MSi beberapa waktu lalu menuturkan posisi menyusu yang tepat adalah hidung bayi berhadapan dengan puting, dagu menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, puting didorong ke arah langit-langit bayi hingga bibirnya melipat ke arah bawah.

Selain itu, usahakan pula sebanyak mungkin bagian payudara yang bisa masuk ke mulut bayi. Cara ini bertujuan agar puting tidak terasa nyeri. Jika rasa nyeri sudah sangat mengganggu, sebaiknya segera konsultasi ke dokter.

"Mengoleskan ASI yang diperah pada luka juga bisa membantu menyembuhkan lecet. Perlu diingat pula jangan mengistirahatkan payudara yang lecet," imbuh pria yang akrab disapa dr Miko ini, sembari menambahkan payudara cukup dibersihkan dengan air.

Menyusu dan menyusui itu ada kaitannya dengan kenyamanan. Terkadang bayi hanya menyusu di satu sisi payudara saja karena tidak nyaman dengan posisi menyusu di payudara yang lainnya.

"Bayi saya hanya mau menyusu di payudara kiri, jadi saya susui terus di payudara kiri. Rasanya memang jadi lebih ringan sebelah kiri, sih," kata Ririn, seorang ibu yang baru saja melahirkan.

Selalu menggunakan payudara sisi kiri saja akan membuat sisi kanan berhenti memproduksi ASI, demikian pula sebaliknya. Sementara, terlalu sering berpindah dari sisi yang satu ke sisi yang lain ternyata juga tidak lebih baik.

Cara yang benar untuk menyusui dengan kedua sisi adalah menggunakan satu sisi dulu sampai benar-benar habis, setelah itu baru berpindah ke sisi yang lain. Salah satu sisi harus digunakan sampai benar-benar habis, karena ada 2 jenis cairan ASI tidak keluar bersamaan. Kemudian berpindah menyusui di payudara sisi yang lain.

Jenis yang pertama akan keluar lebih dulu, yakni 'susu awal' atau foremilk yang berwarna bening dan encer. Jenis berikutnya adalah 'susu akhir' atau hindmilk yang berwarna keputihan atau kekuningan dan lebih kental karena lebih banyak kandungan lemaknya.

(vit/up)

Berita Terkait