Soal kedewasaan seseorang memang tidak bisa ditentukan oleh usia semata. Akan tetapi umumnya semakin matang usia, semakin matang pemikirannya, termasuk menghadapi masalah rumah tangga.
Psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi, mengatakan jika seseorang menikah terlalu muda, misalnya masih SMA atau begitu lulus SMA langsung menikah, bisa jadi ada life stage yang tidak terisi. Nah, yang tidak terisi ini, bisa jadi akan minta diisi, suatu saat nanti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Ratih, jika ada pasangan yang menikah terlalu muda kemudian tidak lama terjadi perselingkuhan ataupun perceraian, bisa jadi itu dampak dari life stage yang tidak terisi. Ratih beberapa kali menemui pasangan yang terlalu muda menikah bercerai ketika usia pernikahannya baru seumur jagung.
"Saya pernah menemukan perempuan menikah di usia 12 tahun, lalu di usia 15 tahun bercerai. Di usia 17 tahun, anaknya berusia 4 tahun," imbuh Ratih.
Kasus lainnya, seorang pria yang baru saja beberapa bulan bekerja menikahi kekasihnya yang baru lulus SMA. Tidak lama si istri melahirkan anak, dan karena tidak punya biaya untuk beli kebutuhan bayi, akhirnya ke sana ke mari meminjam uang ke tetangganya.
Baca juga: Psikolog: Jadi Istri saat Masih SMA Bisa Ganggu Perkembangan Remaja
Tapi bukankah segera menikah bisa menghindarkan remaja dari kegiatan seks berisiko ataupun seks bebas? Namun esensi pernikahan bukan sekadar kegiatan seksual belaka. Ada berbagai hal lain yang perlu dipikirkan selain hanya sekadar berhubungan seks dengan pasangan.
Foto: Ilustrasi pasangan/Thinkstock |
Pernikahan sendiri adalah tahapan yang perlu ditapaki oleh manusia agar fungsi perkembangannya bekerja dengan baik. Tapi jangan pernah menjadikan hal ini sebagai pembenar menikah tanpa persiapan. Karena menikah itu bukan sekadar cinta, namun ada upaya untuk membangun keluarga yang baik dan sehat jiwa raga.
"Dalam menikah itu perlu kemandirian. Kalau masih terlalu muda, belum bisa berpikir dewasa, belum punya penghasilan sendiri, yang ada nanti orang tua si istri ataupun suami akan sangat turut campur dalam setiap urusan rumah tangga," papar Ratih.
Bahwa menikah itu rezeki memang benar, karena antara lain keluarga besar jadi bertambah. Tapi bukan berarti tidak perlu ada persiapan mental dan finansial. Bagaimanapun dua insan yang menikah nantinya akan memiliki anak. Nah, anak ini memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan dan kasih sayang yang memadai. Persiapan pernikahan merupakan ikhtiar untuk membangun keluarga yang sehat jiwa raga.
"Kalau hanya sekadar 'nikah hajar sajalah' tanpa punya pekerjaan dan penghasilan yang sekiranya bisa membiayai hidup keluarganya, nantinya juga akan stres dan susah sendiri. Akhirnya minta uang lagi ke orang tuanya, atau malah utang sana-sini. Jadi sebaiknya jangan pakai prinsip 'gimana nanti' tapi 'nanti gimana'," tutur psikolog yang praktik di RaQQi - Human Development & Learning Centre, ini.
Baca juga: Jadi Orang Tua di Usia Muda Berdampak Juga pada Pola Asuh ke Anak
Psikolog, Dra Ratih Andjayani Ibrahim, MM Psi beberapa waktu lalu mengatakan jika di usia remaja sudah menikah, perkembangan dirinya bisa tidak optimal. "Remaja itu butuh waktu untuk perkembangan dirinya, bersosialisasi dan mencari jati diri. Tapi kalau direnggut kebebasannya untuk menjadi istri dan mengurus rumah tangga, perkembangannya tentu tidak optimal," ucapnya.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melihat usia menikah ideal untuk wanita adalah 20-35 tahun dan 25-40 tahun untuk pria. Pertimbangannya, pada umur 20 tahun ke atas, organ reproduksi wanita sudah siap mengandung dan melahirkan. Sedangkan pada usia 35 tahun mulai terjadi proses degeneratif atau penurunan fungsi organ. Selain itu, kematangan psikologis mulai dicapai saat berumur 20 tahun.
(vit/up)












































Foto: Ilustrasi pasangan/Thinkstock