Tak Disadari, 7 Kondisi Tubuh Begini Bisa Jadi Tanda Anda Depresi

Tak Disadari, 7 Kondisi Tubuh Begini Bisa Jadi Tanda Anda Depresi

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Selasa, 20 Des 2016 15:03 WIB
Tak Disadari, 7 Kondisi Tubuh Begini Bisa Jadi Tanda Anda Depresi
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Stres yang tak ditangani bisa bermanifestasi menjadi depresi. Ketika kondisi ini dialami seseorang, tubuh juga bisa menunjukkan tanda-tanda.

Apa saja tanda-tanda yang 'dikeluarkan' tubuh ketika Anda depresi dan sayangnya jarang diketahui? Yuk simak pemaparannya berikut ini.

Baca juga: Dibanding Wanita, Pria Lebih Rentan Depresi Akibat Stres

1. Sakit nyeri

Foto: thinkstock
Jika Anda merasa nyeri dan otot pegal setelah berolahraga berat, itu wajar. Tapi jika nyeri dan sakit yang terasa amat mengganggu dan tak diketahui penyebabnya, bisa jadi ini tanda depresi. Misalnya saya nyeri otot, sakit punggung, atau sakit dan nyeri kronis di bagian tubuh tertentu.

"Nyeri dimodulasi oleh suasana hati dan sebaliknya. Sehingga, orang yang sedang bahagia tidak bisa merasakan sakit seperti yang dialami seseorang yang tengah depresi," tutur psikiater dan pendiri 'Center for Mind and Wellness' Padam Bhatia, MD kepada Prevention.

2. Berat badan turun atau naik

Foto: ilustrasi/thinkstock
Depresi juga memengaruhi hormon yang mengatur nafsu makan. Keith Humphreys, MD, psikiater di Stanford Health Care mengatakan hormon yang biasanya terganggu karena depresi adalah hormon yang bertugas memberi sinyal lapar dan kenyang.

Akibatnya, lanjut Humphreys, seseorang bisa makan terlalu banyak atau malah terlalu sedikit.

3. Sulit tidur

Foto: Thinkstock
Meski orang dengan depresi kerap kelelahan dan kekurangan energi, tapi justru mereka sulit mengantuk dan mendapatkan tidur malam yang berkualitas. Menurut Bhatia, salah satu gejala klasik depresi adalah insomnia terminal di mana orang bangun terlalu awal tapi sulit untuk tidur lagi.

"Kondisi ini bisa membuat pasien amat frustrasi dan menciptakan lingkaran setan. Di mana kurang tidur bisa memengaruhi suasana hati dan konsentrasi Anda yang juga gejala umum dari depresi," kata Bhatia.

4. Masalah kulit

Foto: thinkstock
Saat stres, kadar hormon stres kortisol meningkat dan bisa menimbulkan masalah pada kulit. Sehingga, pada mereka yang memiliki eksim, psoriasis, dan jerawat, kondisinya bisa makin buruk ketika sedang stres.

"Bahkan ada satu pasen yang mengalami ruam parah konsidinya ternyata lebih baik setelah dia mengonsumsi antidepresan, di samping krim khusus," tutur Bhatia.

5. Alami masalah pencernaan

Foto: thinkstock
Mual, mulas, dan sembelit terkait dengan depresi. Bhatia menuturkan, kondisi ini bisa lebih buruk ketika orang yang bersangkutan memiliki gangguan kecemasan.

"Pencernaan amat responsif terhadap suasana hati. Bahkan ada tumpang tindih antara depresi dan sindrom iritasi usus besar," kata Bhatia.

6. Gigi berlubang

Foto: thinkstock
Sebuah studi di Australia baru-baru ini menemukan bahwa depresi terkait dengan peningkatan kasus gigi berlubang. Diduga kuat, masalah ini muncul karena orang yang depresi cenderung malas melakukan hal-hal termasuk dalam merawat diri mereka.

Saat seseorang tidak makan dengan benar dan tidak merawat dirinya dengan benar misalnya malas menyikat gigi, maka risiko gigi berlubang lebih besar. Demikian diungkapkan Humphreys.

7. Migrain

Foto: thinkstock
Nyeri kronis termasuk sakit kepala dan migrain terkait dengan depresi. Tak hanya depresi bisa sebabkan sakit kepala, tapi kadang kondisi sakit kepala juga bisa membuat pasien sampai depresi.

"Tapi ingat, kadang kala sakit kepala bisa jadi indikasi kondisi medis yang serius. Jadi tak bisa dipukul rata bahwa migrain muncul akibat depresi" kata Bhatia.
Halaman 2 dari 8
Jika Anda merasa nyeri dan otot pegal setelah berolahraga berat, itu wajar. Tapi jika nyeri dan sakit yang terasa amat mengganggu dan tak diketahui penyebabnya, bisa jadi ini tanda depresi. Misalnya saya nyeri otot, sakit punggung, atau sakit dan nyeri kronis di bagian tubuh tertentu.

"Nyeri dimodulasi oleh suasana hati dan sebaliknya. Sehingga, orang yang sedang bahagia tidak bisa merasakan sakit seperti yang dialami seseorang yang tengah depresi," tutur psikiater dan pendiri 'Center for Mind and Wellness' Padam Bhatia, MD kepada Prevention.

Depresi juga memengaruhi hormon yang mengatur nafsu makan. Keith Humphreys, MD, psikiater di Stanford Health Care mengatakan hormon yang biasanya terganggu karena depresi adalah hormon yang bertugas memberi sinyal lapar dan kenyang.

Akibatnya, lanjut Humphreys, seseorang bisa makan terlalu banyak atau malah terlalu sedikit.

Meski orang dengan depresi kerap kelelahan dan kekurangan energi, tapi justru mereka sulit mengantuk dan mendapatkan tidur malam yang berkualitas. Menurut Bhatia, salah satu gejala klasik depresi adalah insomnia terminal di mana orang bangun terlalu awal tapi sulit untuk tidur lagi.

"Kondisi ini bisa membuat pasien amat frustrasi dan menciptakan lingkaran setan. Di mana kurang tidur bisa memengaruhi suasana hati dan konsentrasi Anda yang juga gejala umum dari depresi," kata Bhatia.

Saat stres, kadar hormon stres kortisol meningkat dan bisa menimbulkan masalah pada kulit. Sehingga, pada mereka yang memiliki eksim, psoriasis, dan jerawat, kondisinya bisa makin buruk ketika sedang stres.

"Bahkan ada satu pasen yang mengalami ruam parah konsidinya ternyata lebih baik setelah dia mengonsumsi antidepresan, di samping krim khusus," tutur Bhatia.

Mual, mulas, dan sembelit terkait dengan depresi. Bhatia menuturkan, kondisi ini bisa lebih buruk ketika orang yang bersangkutan memiliki gangguan kecemasan.

"Pencernaan amat responsif terhadap suasana hati. Bahkan ada tumpang tindih antara depresi dan sindrom iritasi usus besar," kata Bhatia.

Sebuah studi di Australia baru-baru ini menemukan bahwa depresi terkait dengan peningkatan kasus gigi berlubang. Diduga kuat, masalah ini muncul karena orang yang depresi cenderung malas melakukan hal-hal termasuk dalam merawat diri mereka.

Saat seseorang tidak makan dengan benar dan tidak merawat dirinya dengan benar misalnya malas menyikat gigi, maka risiko gigi berlubang lebih besar. Demikian diungkapkan Humphreys.

Nyeri kronis termasuk sakit kepala dan migrain terkait dengan depresi. Tak hanya depresi bisa sebabkan sakit kepala, tapi kadang kondisi sakit kepala juga bisa membuat pasien sampai depresi.

"Tapi ingat, kadang kala sakit kepala bisa jadi indikasi kondisi medis yang serius. Jadi tak bisa dipukul rata bahwa migrain muncul akibat depresi" kata Bhatia.

(rdn/up)

Berita Terkait