Kondisi ini mengingatkan pada peristiwa lain yang terjadi pada musim mudik pertengahan tahun silam, saat belasan orang meninggal saat terjebak antrean panjang di pintu tol Brebes Exit. Salah satu korban ketika itu diberitakan mengalami keracunan karbon dioksida (CO2).
Terjebak di ruangan sempit, seperti dalam kabin mobil dan apalagi toilet berukuran 1,5 m x 1,5 m yang ditempati 11 orang sekaligus seperti pada tragedi pembunuhan di Pulomas, membuat kadar oksigen (O2) cepat menipis. Terlebih, mereka disekap dalam kondisi lampu dimatikan sehingga exhaust tidak menyala sehingga pertukaran udara sangat minimal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gas CO2 bersifat asfiksian fisik, mengurangi kadar oksigen dalam udara bebas sehingga kandungan oksigen yang masuk lewat napas berkurang," demikian dikutip dari rsuppersahabatan.co.id, dalam rilis tentang penyakit pernapasan beberapa waktu lalu.
Baca juga: Bagaimana Seseorang Bisa Keracunan CO2 Saat Berjam-jam di Dalam Mobil?
Beberapa gejala yang muncul ketika tubuh mengalami keracunan karbon dioksida antara lain pusing dan hiperventilasi atau pernapasan cepat. Meningkatnya frekuensi pernapasan terjadi untuk menetralkan keasaman darah akibat menghirup gas yang juga disebut gas asam arang (carbonic acid gas) tersebut.
Kemampuan seseorang untuk bertahan dalam kondisi keracunan karbon dioksida maupun kekurangan oksigen (hipoksia) berbeda-beda. Seseorang yang mengalami klaustrofobia atau fobia terhadap ruangan sempit biasanya terlebih dahulu akan terserang gangguan kecemasan sebelum benar-benar keracunan karbondioksida.
Baca juga: Penampakan Toilet Saksi Bisu Tempat Disekapnya Ir Dodi dan Keluarganya
Video proses evakuasi korban penyekapan dan pembunuhan sadis di Pulomas, Jakarta Timur:
Baca juga: Dokter: Waspadai Gangguan Kecemasan Terkait Pembunuhan Sadis di Pulomas











































