Jakarta -
Polisi memastikan tewasnya 6 orang dalam pembunuhan sadis di Pulomas Jakarta Timur disebabkan kekurangan oksigen saat berjam-jam disekap dalam ruangan sempit. Apa yang terjadi dalam tubuh sehingga kekurangan oksigen bisa mematikan?
Ketika bernapas, manusia menghirup oksigen (O2) dan melepaskan karbondioksida (CO2). Di dalam tubuh, oksigen didistribusikan oleh darah untuk menjaga semua sistem organ agar tetap berfungsi. Kekurangan oksigen menyebabkan fungsi organ terganggu, dan dalam kondisi tertentu bisa berakibat fatal.
Baca juga: Pembunuhan di Pulomas dan Risiko Terjebak di Ruang Sempit Minim Oksigen
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini beberapa hal yang bisa terjadi di dalam tubuh saat kekurangan oksigen.
1. Sesak napas
Foto: Lamhot Aritonang
|
Sistem organ yang paling dahulu terpengaruh saat tubuh kekurangan oksigen adalah sistem pernapasan. Gejalanya adalah sesak napas, yang kadang-kadang diikuti dengan kegelisahan, sakit kepala, dan rasa letih yang berlebihan.Baca juga: Dokter: Waspadai Gangguan Kecemasan Terkait Pembunuhan Sadis di Pulomas
Pada kondisi yang disebut hipoksemia ini, pernapasan akan meningkat hingga lebih dari 24 kali per menit. Denyut nadi juga meningkat di atas 100 bpm (beats per minute) untuk menjaga sirkulasi oksigen ke semua organ tubuh.
2. Gangguan sirkulasi darah
Foto: Lamhot Aritonang
|
Jika pada tahap awal kekurangan oksigen denyut nadi mengalami peningkatan, pada kondisi yang lebih parah bisa terjadi sebaliknya. Denyut nadi mengalami penurunan hingga kurang dari 60 bpm (beats per minute). Tekanan darah turun drastis dan jika tidak tertangani maka bisa berujung pada koma atau bahkan kematian. Pada kondisi ini juga bisa terjadi cyanosis atau perubahan warna menjadi kebiruan yang tampak di permukaan kulit.
3. Kerusakan otak
Foto: Lamhot Aritonang
|
Kekurangan oksigen berdampak sangat fatal pada otak. Hanya dalam 5 menit sejak suplai oksigen ke bagian tersebut terhenti, kerusakan sel-sel otak mulai terjadi. Jika berlanjut, kekurangan oksigen di otak atau cerebral hypoxia bisa menyebabkan kerusakan sistem saraf yang parah atau bahkan kematian.
Sistem organ yang paling dahulu terpengaruh saat tubuh kekurangan oksigen adalah sistem pernapasan. Gejalanya adalah sesak napas, yang kadang-kadang diikuti dengan kegelisahan, sakit kepala, dan rasa letih yang berlebihan.
Baca juga: Dokter: Waspadai Gangguan Kecemasan Terkait Pembunuhan Sadis di Pulomas
Pada kondisi yang disebut hipoksemia ini, pernapasan akan meningkat hingga lebih dari 24 kali per menit. Denyut nadi juga meningkat di atas 100 bpm (beats per minute) untuk menjaga sirkulasi oksigen ke semua organ tubuh.
Jika pada tahap awal kekurangan oksigen denyut nadi mengalami peningkatan, pada kondisi yang lebih parah bisa terjadi sebaliknya. Denyut nadi mengalami penurunan hingga kurang dari 60 bpm (beats per minute). Tekanan darah turun drastis dan jika tidak tertangani maka bisa berujung pada koma atau bahkan kematian. Pada kondisi ini juga bisa terjadi cyanosis atau perubahan warna menjadi kebiruan yang tampak di permukaan kulit.
Kekurangan oksigen berdampak sangat fatal pada otak. Hanya dalam 5 menit sejak suplai oksigen ke bagian tersebut terhenti, kerusakan sel-sel otak mulai terjadi. Jika berlanjut, kekurangan oksigen di otak atau cerebral hypoxia bisa menyebabkan kerusakan sistem saraf yang parah atau bahkan kematian.
(up/vit)