Penyanyi Andien dan suaminya, Irfan Wahyudi, tengah berbahagia. Pada tanggal 7 Januari lalu, Andien melahirkan kelahiran buah hati mereka, Anaku Askara Biru, melalui metode water birth.
Teknik melahirkan dengan metode water birth ini memang populer dan dikenal mampu membantu mengurangi nyeri bersalin yang dialami oleh ibu saat melahirkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suasana santai dan rileks yang muncul dari metode persalinan water birth disebut-sebut juga mampu membuat ibu bernapas lebih tenang. Dengan pernapasan yang lebih tenang, diharapkan ibu bisa mengontrol emosinya dan mengejan lebih baik.
Namun demikian, American College of Obstetricians dan Gynecologists (ACOG) menyebutkan bahwa teknik water birth pada tahap satu persalinan mungkin akan bermanfaat karena memberikan efek rileks, namun tetap ada berbagai risiko yang bisa terjadi.
Baca juga: Melahirkan dengan Waterbirth, Terdengar Mutakhir Tapi Jangan Asal Dijalani
Jika dilakukan tanpa persiapan matang dan bukan oleh orang yang berpengalaman, teknik water birth justru bisa mendatangkan berbagai risiko, salah satunya infeksi pada ibu maupun bayi yang baru dilahirkan.
Selain itu, suhu tubuh bayi juga bisa berubah-ubah menjadi terlalu tinggi atau justru terlalu rendah. Risiko lainnya, bayi juga bisa mengalami gagal napas atau justru menjadi bernapas di dalam air. Akibatnya, bayi bisa kejang atau malah menjadi tidak bernapas sama sekali.
"Meski langka, bukan tidak mungkin bayi juga justru menjadi tenggelam," ungkap Jeffrey Ecker, MD, salah satu komite penulis opini water birth di ACOG, dikutip dari Web MD.
Oleh karena itu, teknik water birth di Indonesia belum menjadi salah satu metode persalinan yang direkomendasikan. Menurut dr Sita Ayu Arumi, SpOG, dari RSU Bunda Menteng Jakarta, metode ini masih kontroversial, terutama karena risiko infeksinya.
Pada metode water birth, bayi dilahirkan dalam bak berisi air. Diyakini bayi tidak akan tersedak karena refleks selama dalam cairan ketuban melatih bayi untuk tidak langsung bernapas saat berada dalam air. Namun air dalam bak tentu tidak sama dengan air ketuban, banyak risiko kontaminasi di dalamnya.
"Masalah sterilitas air sering menjadi isu terjadinya infeksi pada janin," imbuh dr Sita. (ajg/vit)











































