Ketika Anggota Keluarga Kerajaan Inggris Bicara Soal Gangguan Jiwa

Ketika Anggota Keluarga Kerajaan Inggris Bicara Soal Gangguan Jiwa

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Rabu, 18 Jan 2017 12:06 WIB
Ketika Anggota Keluarga Kerajaan Inggris Bicara Soal Gangguan Jiwa
Foto: reuters
Jakarta - Kampanye soal gangguan jiwa bisa dilakukan siapa saja dengan berbagai cara. Salah satunya seperti yang dicontohkan oleh anggota keluarga kerajaan Inggris.

Pangeran William dan istrinya, Catherine, serta adiknya, Pangeran Harry, meluncurkan kampanye Heads Together pada tahun 2016 lalu. Kampanye Heads Together merupakan salah satu bentuk kampanye soal gangguan jiwa, yang bergerak untuk mengentaskan stigma dan memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pasien.

Dalam pidatonya di London baru-baru ini, Pangeran William meminta warga Inggris untuk lebih terbuka membicarakan masalah kejiwaan yang dimiliki. Karakter orang Inggris yang keras dan kaku menurutnya hanya memperparah kondisi gangguan jiwa karena sering kali tidak ditangani dengan baik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Perjuangan 'Princess Leia' Melawan Stigma Pada Pasien Gangguan Bipolar

"Ada masa di mana kita sulit menghadapi tantangan, dan ini bisa terjadi pada siapapun. Ketika hal itu terjadi, lebih terbuka, jujur dan meminta bantuan merupakan langkah yang harus diambil dan bisa sangat merubah hidup Anda," tutur Pangeran William, dikutip dari Reuters.

Senada dengan Pangeran William, Catherine juga mengatakan bahwa meminta pertolongan, terutama pada pasien gangguan jiwa, bukan penanda seseorang lemah. Meminta pertolongan dan mencari bantuan untuk mengatasi kondisi merupakan ciri seseorang yang kuat dan terbuka.

Memang diakuinya ada sebagian orang yang sudah ingin meminta bantuan namun sulit melakukannya karena stigma dan rasa malu. Akibatnya, kondisi gangguan jiwa malah semakin parah.

"Rasa takut, malu dan tidak ingin membebani orang lain merupakan alasan utama seseorang menderita dalam diam. Padahal hal ini malah membuat masalah kejiwaan yang dialami semakin parah," tuturnya.

Stigma terhadap gangguan jiwa memang penyebab utama pasien tidak mendapatkan pengobatan yang memadai. Disampaikan dr Andri SpKJ dari RS Omni Alam Sutera beberapa waktu lalu, stigma harus dibasmi mulai dari keluarga terdekat, teman, lingkungan kerja serta dimulai dari diri sendiri.

"Menghapus dan menghilangkan stigma memang tidak akan mudah, tapi dengan memulainya dari diri sendiri kita bisa memahami apa dan bagaimana gangguan jiwa memengaruhi seseorang," ungkapnya.

Baca juga: Pangeran William dan Perhatian pada Isu Stres di Dunia Kerja (mrs/vit)

Berita Terkait