Kepala Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dr Noornaningsih Sp A (K) menjelaskan menceritakan bahwa RSUP Dr Sardjito menerima pasien kiriman dari RSUD Sleman pada 31 Desember 2016. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran disertai kejang itu datang melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD).
"Saat itu pasien langsung ditangani kejangnya, selanjutnya dipindah ke unit PICU," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada saat perawatan anak tersebut mengalami infeksi otak, demam, kejang dan penurunan kesadaran. Tim medis PICU selanjutnya melakukan terapi untuk penanganan infeksi otaknya serta melakukan pengambilan sampel cairan otak," ulas Noornaningsih.
Diungkapkan pula, sejak masuk ke RSUP Dr Sardjito, pasien tidak memiliki respon nafas dengan baik. Sehingga pasien dipasangi ventilator atau alat bantu pernafasan sejak masuk IGD serta diberikan antibiotik yang sesuai. Tak hanya itu, dilakukan pula cek laboratorium.
Namun dalam perawatan 6 hari tersebut, tidak ada tanda-tanda perbaikan dan pada 6 Januari 2017 anak tersebut meninggal dunia.
Noornaningsih selanjutnya menjelaskan bahwa selama rawat inap, dilakukan CT Scan pada pasien tersebut. Dari CT scan diketahui bahwa ada kelainan di kepala berupa infeksi otak.
Sedangkan hasil laboratorium darah (kultur) yang hasilnya baru keluar setelah pasien meninggal, menunjukkan adanya infeksi bakteri.
"Sehingga selama dalam perawatan pasien ini didiagnosa menderita meningitis (radang otak). Sedangkan hasil tes kultur yang memang dalam pengecekannya cukup lama, diperoleh bakteri Bacillus anthracis," jelasnya.
"Namun demikian RSUP Dr Sardjito masih perlu melakukan serangkaian pemeriksaan lebih detail lagi untuk memastikan bakteri itu adalah Anthrax," imbuh Noornaningsih.
Baca juga: Penjelasan RSUP Dr Sardjito Soal Kabar Meninggalnya Pasien Antraks di Yogya
Sementara itu dalam kesempatan yang sama Direktur Medis dan Keperawatan dr Rukmono Siswishanto, Sp. OG (K)., M. Kes menyatakan bahwa hingga saat ini baru satu orang pasien yang dirawat di rumah sakitnya dengan dugaan Antraks.
"Isu yang berkembang yang menyatakan RSUP Dr Sardjito saat ini menangani 15 orang warga Kulon Progo menderita Antraks itu tidak benar, kami hanya merawat satu pasien ini saja yang menderita meningitis," tegasnya.
Dia mengimbau agar masyarakat tidak khawatir berlebihan. RSUP Dr Sardjito dinyatakan aman untuk dikunjungi maupun berobat bagi masyarakat.
"Petugas kami yang langsung berhadapan dengan satu pasien tersebut, buktinya baik-baik saja sampai saat ini," tutur Rukmono.
Sedangkan Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Trisno Heru Nugroho menyatakan dia masih melacak beredarnya surat pemberitahuan soal pasien ini di media sosial.
"Masih dalam pelacakan kami sebab setiap surat yang keluar dari rumah sakit pasti menggunakan kop asli dengan logo berwarna biru dan kuning untuk logo rumah sakit," kata Heru.
Baca juga: Pesan FK UGM untuk Masyarakat Terkait Penyakit Antraks di Yogya (sip/up)











































