Diungkapkan dr Khanisyah Erza Gumilar SpOG dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, risiko kehamilan kembar salah satunya adalah preeklampsia. Pada kehamilan kembar, rahim diisi oleh lebih dari satu bayi di mana bayi berbagi ruang di dalam rahim.
"Apalagi kan selama hamil rahim membesar. Pada orang yang hamil satu bayi, itu saja dia sudah punya risiko preeklampsia. Apalagi jika mengandung dua anak, risikonya akan bertambah," tutur dr Erza saat berbincang dengan detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya misalnya ketubannya hanya 1 untuk dua bayi, lalu plasentanya juga menjadi satu, bisa saja itu risiko pertumbuhan janin terhambat lebih besar ketimbang saat hamil satu bayi, dia memiliki satu ketuban dan plasenta sendiri," kata dr Erza.
Baca juga: Menentukan si Kakak dan si Adik pada Bayi Kembar
Sementara itu, dr Eric Kasmara SpOG dari RS Pondok Indah Puri Indah mengatakan, pada ibu dengan kehamilan kembar misalkan pada trimester pertama, mual-mual yang dialami biasanya lebih hebat. Sehingga, risiko ibu mengalami dehidrasi ketika muntah berlebihan juga lebih besar. Pada trimester kedua ke atas, risiko ibu mengalami anemia (kadar sel darah merah yang lebih rendah dari normal), diabetes melitus gestatitonal (kencing manis pada kehamilan), maupun pre-eklampsia (keracunan kehamilan) juga lebih besar pada kehamilan kembar.
"Lalu pada proses persalinan, dikarenakan janinnya ada dua, air ketubannya juga lebih banyak, plasenta berukuran lebih besar, maka rahim akan distended sekali," tutur dr. Eric. Pada keadaan ini, setelah kedua janin dilahirkan, kadang rahim tidak langsung dapat berkontraksi dengan baik. Padahal, setelah melahirkan, rahim mestinya berkontraksi baik supaya perdarahan berkurang (pembuluh darah terletak di antara otot-otot rahim. Sehingga, ketika rahim berkontraksi dengan baik, pembuluh darah akan terjepit di antara otot-otot rahim sehingga darah yang keluar pun akan berkurang)," jelas dr Eric.
Akibatnya, risiko perdarahan pasca persalinan akan lebih besar dan ibu pun berisiko mengalami shock karena kehilangan jumlah darah yang cukup banyak. Ditambah lagi bila ibu sudah mengalami anemia ketika masih hamil, maka kontraksi rahim juga kurang baik, dikarenakan otot rahim kekurangan oksigen (oksigen dihantarkan oleh Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah). Masalah anemia ini juga lebih besar dialami oleh ibu dengan kehamilan kembar, dikarenakan saat hamil kebutuhan zat besi ibu juga meningkat.
Lantas, apa risiko untuk janin? Menurut dr Eric, pada janin kembar ada risiko tali pusat saling memilin, yaitu pada bayi kembar monoamnion - monokorion. Ketika tali pusat janin saling terpilin, asupan nutrisi dan oksigen akan berkurang untuk masing-masing janin. Hal yang membahayakan adalah pertumbuhan janin dapat terhambat, dan bahkan dapat berujung pada kematian janin di dalam rahim.
Kemudian, ada pula Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS), yaitu kondisi saat pembagian aliran darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Satu janin mendapat darah lebih banyak sedangkan janin lain kekurangan pasokan darah. Ibaratnya, kata dr. Eric, seperti orang transfusi darah, satu bayi menjadi donor darah dan satu bayi lagi menjadi resipien.
"Yang satu dapat darah lebih banyak, yang satu lebih sedikit. Satu bayi bengkak, gemuk, tapi gemuknya tidak normal karena cairannya berlebihan. Hal ini tidaklah baik, karena jika volume darah meningkat, beban jantung bertambah, dapat terjadi gagal jantung," kata dr. Eric.
Sementara, si saudara kembar justru kekurangan darah hingga mengalami anemia yang berat. Dr. Eric mengatakan biasanya pada kasus TTTS, beda berat bayi kembar lebih dari 20 persen. Misalnya satu bayi berbobot 2,5 kg sedangkan saudara kembarnya hanya 1,5 kg. Pada kasus TTTS yang tak segera ditangani, bisa saja terjadi satu bayi meninggal di dalam rahim atau bahkan dua-duanya. Biasanya sebelum TTTS semakin parah, kedua bayi harus dikeluarkan.
Baca juga: Langka! Pengantin Baru Ini Tunggu Kelahiran Bayi Kembar Empat Identik
Risiko lain kehamilan kembar bagi bayi yakni kelahiran pre-term (kurang bulan), sehingga kondisi bayi akan prematur. Sebab, pada kehamilan kembar, dapat terjadi kontraksi rahim lebih awal atau pecah ketuban dapat lebih dulu terjadi, mengingat tekanan pada rahim ibu yang lebih besar. Guna menghindari komplikasi, dr. Eric mengingatkan para ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Antenatal care pun perlu dilakukan lebih teratur. Jangan lupa, ibu hamil juga perlu ekstra hati-hati dalam beraktivitas. Jika ada keluhan, segera periksa ke dokter. Lalu, bagaimana soal asupan makanan?
"Yang penting kalorinya tercukupi . Nanti kan janin mendapat nutrisi melalui plasenta, kalau fungsi plasentanya baik, nutrisi untuk janinnya pun baik. Kalau makan banyak misalnya tapi ternyata tali pusatnya kecil atau ada ada pilinan, bisa saja nutrisinya tidak sampai ke bayi," tutur dr Eric.
Ia menegaskan, ibu hamil bayi kembar dua tidak mesti mengonsumsi makanan untuk tiga orang. Prinsip itu keliru. Sebab, yang penting konsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dengan kalori cukup. Nantinya, pertumbuhan janin pun akan dipantau melalui antenatal care.
"Prinsipnya kembali ke ANC (antenatal care) dan kembali ke kasus per kasus. Nanti dokter melihat sudah cukup bagus belum pertumbuhan janinnya. Tapi, kebutuhan nutrisi ibu hamil tunggal dan kembar pasti ada bedanya. Tapi nggak juga ibu harus makan untuk tiga orang ya," tegas dr Eric. (rdn/up)











































