dr Elisna Syahruddin PhD, SpP(K) dari RSUP Persahabatan mengatakan risiko semua orang terkena kanker meningkat 8 kali jika merokok. Tapi, mengapa tidak 100 persen orang yang merokok kena kanker?
"Itu berdasarkan kemampuan tubuh dalam merespons perubahan sel normal jadi tidak normal. Untuk munculnya sel kanker, mesti melewati fase inisiasi, promosi, dan kanker. Fase inisiasi dan promosi termasuk fase pra-kanker," kata dr Elisna di sela-sela Forum Ngobras 'Tantangan Diagnosis Dini dan Harapan Hidup Kanker Paru di Indonesia' di Penang Bistro, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (10/2/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ini Penjelasannya Ada Orang yang Kena Gangguan Napas Meski Tak Pernah Merokok
"Tapi kalau di fase itu 'lolos', akan berubah ke fase promosi. Di sini sel sudah jadi nggak normal. Tapi, ada orang yang tubuhnya punya kemampuan membunuh sel yang nggak normal. Selamatlah dia," kata dr Elisna.
Namun ketika tubuh tidak mampu membunuh sel tidak normal itu, maka sel tersebut sudah menjadi karsinoma in situ. Saat itulah sudah memasuki fase kanker. Saat masuk ke fase sudah menjadi kanker, kembali lagi pada respons tubuh masing-masing orang. Ketika imunitasnya bagus dan tidak ada co-factor lain maka pertumbuhan sel kanker bisa lambat.
"Jadi kanker paru nggak langsung timbul gejala. Kalau tumbuh di saluran napas, bisa tersumbat saluran napasnya dan timbul kelainan sepeti batuk. Atau kalau kesumbat ya jadi nggak bisa napas," kata dr Elisna.
"Jangan salah, paru-paru kita itu kalau dilebarkan seluas lapangan bola lho. Jadi kalau sel kanker cuma 10 cm nggak terasa gejalanya ya bisa aja," pungkasnya.
Baca juga: Ketika Seseorang Didiagnosis Kanker Paru, Tapi Masih Saja Merokok
(rdn/vit)











































