"Pencegahan pertama, jangan pernah jadi perokok. Kedua, stop merokok. Sebab, ketika seseorang berhenti merokok, sel-sel yang jadi tidak normal akibat merokok, masih bisa kembali normal," tutur dr Elisna Syahruddin PhD, SpP(K) dari RSUP Persahabatan.
"Ketiga, kalau memang bandel juga masih merokok, cek dong kesehatannya dengan rutin. Terus kalau ada orang merokok distop, jangan didiemin aja," tambah dr Elisna di sela-sela Forum Ngobras 'Tantangan Diagnosis Dini dan Harapan Hidup Kanker Paru di Indonesia' di Penang Bistro, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (10/2/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dokter Tanggapi Klaim 'Sudah Lama Merokok Tapi Tak Kena Kanker Paru'
"Kemudian aliran asap ke saluran napas membuat sel-sel di saluran napas berubah-ubah kemudian tubuh nanti memperbaiki. Kalau terus merokok, nanti dibetulin lagi, diasapi lagi, ibaratnya 'salah-salah pasang' kan bisa terjadi sehingga memicu mutasi awal gen yang menyebabkan kanker," terang dr Elisna.
Kemudian, dr Elisna mengingatkan agar masyarakat mengenali faktor risiko kanker paru. Sehingga, masyarakat bisa tahu apakah mereka termasuk populasi berisiko, berisiko tinggi (umumnya dengan gejala), dan tidak berisiko. Faktor risiko kanker paru yakni usia di atas 40 tahun, perokok aktif, perokok pasif (mendapat paparan asap rokok terus-terusan dan dalam waktu lama), kemudian bekerja di pertambangan asbebs atau pabrik pengolah asbes, dan terpapar gas radon.
Setelah mengenali faktor risiko, diharapkan masyarakat melakukan deteksi dini yang bisa juga menjadi langkah pencegahan. Demikian disampaikan Kasubdit Kanker Ditjen P2PTM Dirjen P2P Kemenkes RI, dr Niken Wastu Palupi, MM. Pada kelompok berisiko, disarankan untuk menerapkan gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan paru rutin dan foto toraks minimal 1 kali setahun.
"Pada kelompok risiko tinggi atau berisiko dengan gejala seperti batuk, segera cek. Lihat apakah ini TB paru atau bukan. Kalau TB evaluasi dengan obat selama 1 bulan. Kalau membaik lanjutkan, kalau nggak dirujuk untuk pemeriksaan lanjutan. Pada yang bukan kelompok berisiko, pastinya tetap lakukan gaya hidup sehat, jangan merokok dan sebisa mungkin hindari paparan asap rokok," terang dr Niken.
Baca juga: Batuk Terus-menerus Berkepanjangan, Ternyata Orang-orang Ini Kena Kanker Paru
(rdn/vit)











































