Sebab, bermain kuncinya adalah fun alias menyenangkan. Ketika anak terlihat fun, maka itu tanda ia memang sedang bermain, demikian disampaikan psikolog anak dari Tiga Generasi, Chitra Annisya MPsi., Psikolog.
"Seperti mendongeng, itu bisa kita sebut aktivitas bermain dengan anak. Tapi, kalau kita mendongengnya serius, itu kayak belajar buat anak," tutur Chitra saat berbincang dengan detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Memahami Anak yang Maunya Main Terus Saat Baru Masuk SD
"Intinya kalau kita lihat anak fun saat kita bacakan dongeng atau ceritanya, itu bermain. Kalau anak terlihat nggak enjoy, nggak menunjukkan dia fun atau bete, itu jangan," tambah Chitra.
Contohnya saja, orang tua mengajak anak bermain lego. Tapi, anak dipaksa menyusun lego sesuai intruksi orang tua, itu bisa membuat anak stres. Chitra mengatakan, bermain dengan anak tak perlu menggunakan mainan atau alat yang mahal. Misalnya saja bermain pasir, itu bisa jadi sensory play untuk si kecil.
Kemudian, sekadar main tepuk-tepuk tangan atau menjadikan tali rafia sebagai rambut palsu, itu bisa jadi kegiatan permainan yang menyenangkan untuk anak.
"Selama menyenangkan untuk anak, itu bermain. Jangan lupa, saat bermain penting adanya kontak mata, sentuhan, interaksi. Lalu orang tua memberikan anak kesempatan memimpin atau memilih, nah orang tua mengikuti. Terus, hargai pendapat anak dan beri apresiasi," kata Chitra.
Baca juga: Ketika Anak-anak Jadi Korban Pelampiasan Amarah Orang Tua
(rdn/vit)











































