"Sebenarnya sih nggak. Itu lebih ke ekspektasi lingkungan aja kalau anak kembar samaan bisa lebih lucu aja. Sebenernya mereka tetap ada identitas sendiri," tutur psikolog anak dari Tiga Generasi, Saskhya Aulia Prima MPsi., Psikolog.
Dalam perbincangan dengan detikHealth, Saskhya mengatakan jika orang tua hendak menyamakan barang milik anak, tak masalah. Tapi, kata Saskhy, sama seperti memandirikan semua anak, pada umumnya, biarkan anak menentukan pilihannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cuma minusnya kita jadi agak lama kalau mau mengajari dia berbagi. Sebenarnya kalau mau bisa aja satu barang dimainkannya, di-timing. Ada satu mainan, nanti kalau bel sudah berbunyi, gantian mainnya. Kalau bisa sih jangan semua barang disamain karena nanti jadinya anak nggak belajar sharing," papar Saskhya.
Saskhya menuturkan sebenarnya yang paling penting adalah orang tua tahu apa tujuan membelikan sesuatu, termasuk mainan untuk anak. Sebab, permainan yang diberikan pada anak baiknya sejatinya tak hanya bermanfaat untuk kemampuan kognitif tapi juga untuk kemampuan bersosialisasi, emosi, dan motorik anak.
Baca juga: Daftar Ibu-ibu yang Melahirkan Anak Kembar Lebih dari Sekali
Ditekankan Saskhya, sharing pada anak tak melulu berbentuk dia mau meminjamkan mainannya pada teman atau saudaranya. Dengan ia membolehkan orang lain menyentuh atau melihat sesuatu yang ia miliki, itu susah termasuk bentuk berbagi pada anak.
"Secara teori, usia 4 tahun anak sudah bisa berbagi. Tapi, seringnya sih di umur 5 tahun ya. Nah, ini perlu adanya jembatan di mana anak dilatih sejak dini untuk bisa gantian. Memang ini nggak gampang. Kemudian, jangan lupa apresiasi anak saat dia mau berbagi. Supaya nanti dia merasa dipuji dan kalau ada kesempatan, orang lain mau pegang mainannya lebih lama boleh," pungkas Saskhya.
Baca juga: Gemasnya Melihat Tingkah Lucu si Kembar Kenneth dan Kenzo
(rdn/vit)











































