"Aku putus sekolah selama tiga tahun. Orang tua minta homeschooling karena kondisi kaki aku nggak normal tapi aku mau sekolah seperti biasa," kata Sutrilasari kepada detikHealth ketika ditemui di FX Sudirman, Senayan, Minggu (19/2/2017).
Sutrilasari tidak terus-terusan homeschooling. Setelah keberaniannya muncul, orang tua Sutrilasari mengizinkannya untuk bersekolah layaknya anak biasa. Namun Sutrilasari harus menggunakan tongkat untuk pergi ke sekolah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Udahlah lepas tongkat cuma begitu doang aku pasti bisa. Aku mau nunjukin ke orang-orang aku bisa," sambung Sutrilasari.
Melepas tongkatnya, tidak membuat Sutrilasari lepas dari masalah. Ia kerap menerima bully dari teman-temannya yang tidak mengerti mengenai kondisi penyakitnya.
Baca juga: Curhat Pasien CML yang Sempat Kewalahan Beli Obat Rp 30 Juta Sebulan
Karena hal itu, ia mulai mendekati teman-temannya untuk menjelaskan mengenai kondisi penyakitnya. "Aku jelasin ke wali kelas, temen sebangku aku kalau aku ini survivor leukemia," kata Sutrilasari.
Ia mengatakan, teman-temannya juga banyak yang mendukung kondisinya dengan membantu dan bertanya. Misalnya, teman bertanya mengenai apakah penyakit leukemia menular atau penyakit genetik.
"Aku senang soalnya temen-temen jadi lebih tahu penyakit seperti itu dan mendukung kondisi aku sendiri," imbuh Sutrilasari.
Kini Sutrilasari telah bekerja di PT Trans Retail Indonesia selama tiga tahun. Ia berhasil menunjukan kemampuannya berkembang di antara anak normal lainnya.
Baca juga: Menyentuh! Perjuangan Bocah dengan Leukemia Tempuh 400 Km untuk Berobat (up/up)











































