Jakarta -
Dalam pandangan dokter, masturbasi boleh saja dilakukan asalkan memperhatikan aspek kebersihan. Tapi, jangan pula masturbasi dilakukan sampai mengganggu kegiatan sehari-hari.
Nah, bicara soal masturbasi, bisa timbul beberapa pertanyaan yang mengganjal di benak seseorang, terutama soal efek dari aktivitas ini. Nah, dirangkum detikHealth berikut ini pertanyaan seputar masturbasi beserta jawabannya yang diungkapkan para pakar.
Baca juga: Fakta-fakta Orgasme Pria Vs Orgasme Wanita
1. Adakah frekuensi masturbasi yang normal?
Foto: thinkstock
|
Soal frekuensi masturbasi yang normal, psikolog klinis sekaligus terapis seks dr Jason Winter, PhD menegaskan tidak ada kata normal terkait jumlah masturbasi yang dilakukan. Beberapa orang sering melakukannya, beberapa jarang melakukannya, bahkan ada yang tidak melakukannya sama sekali."Hal terpenting adalah masturbasi tidak perlu dikhawatirkan jika dilakukan secara teratur asal tidak menjadi strategi coping untuk mengatasi masalah, atau mulai mengganggu kehidupan Anda," katanya.
Ketika masturbasi sudah menjadi kebiasaan yang membuat Anda kehilangan aspek penting kehidupan misalnya enggan pergi ke sekolah, malas bekerja dan berekreasi, serta tidak tertarik lagi berhubungan intim dengan pasangan, Winter menegaskan perlu adanya evaluasi dan bantuan dari tenaga ahli.
2. Masturbasi bikin tubuh kurus?
Foto: thinkstock
|
Pengamat kesehatan seksual dr Andri Wanananda MS mengatakan masturbasi tidak akan membuat tubuh menjadi kurus. Walau memang, saat orgasme-ejakulasi pada akhir masturbasi dibakar sejumlah kalori oleh tubuh seperti saat selesai olahraga fisik.
"Tapi, kalori yang dibakar jumlahnya jauh di bawah kalori yang dibutuhkan saat jogging," kata dr Andri.
Untuk itu, dr Andri mengingatkan masturbasi bisa dilakukan saat tubuh bugar, memperhatikan kebersihan alat vital saat masturbasi, dan dengan frekuensi yang tidak mengganggu kegiatan rutin. Kemudian, didukung pula oleh asupan gizi seimbang yang terdiri dari air, karbohidrat, protein-lemak dan vitamin-mineral.
3. Keseringan masturbasi bikin pria ejakulasi dini?
Foto: thinkstock
|
Diungkapkan dr Andri, dampak masturbasi yang saat ini sudah diteliti secara ilmiah, bukan berupa gangguan ereksi (disfungsi ereksi) tapi pada ejakulasi dini saat hubungan intim dengan pasangan kelak."Masalahnya, saat masturbasi tidak ada objek hidup, hingga bisa dilakukan sekehendak hati. Tapi saat berhubungan intim dengan pasangan (objek hidup), tidak bisa lagi sekehendak hati untuk mencapai orgasme. Sehingga, perlu melakukan proses adaptasi bersama agar kedua pasangan bisa menikmati orgasme bersama," jelas dr Andri.
4. Pada wanita, masturbasi bisa bikin vagina longgar?
Foto: thinkstock
|
Menurut dr Andri Wanananda, MS, masturbasi dengan memasukan jari tangan ke dalam Miss V tidak akan membuat rongga vagina melonggar. Hal ini dikarenakan dinding vagina merupakan jaringan otot halus yang elastis yang dipengaruhi oleh persarafan, pembuluh darah dan hormon wanita (estrogen dan progesteron). Hormon tersebut berfungsi sebagai pengatur kepekaan dan elastisitas dinding vagina.
"Rongga vagina akan lebih longgar saat wanita mengalami menopause di atas usia 50 tahun dikarenakan menurunnya kadar hormon estrogen dan progesteron," papar dr Andri yang juga anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI).
Ia menambahkan saat menjelang orgasme, rongga Miss V dapat merekah mengikuti irama, lalu menjepit saat orgasme tercapai, serta saat relaksasi orgasme rongga vagina akan kembali seperti kondisi awal.
5. Ada kaitan masturbasi dengan cepat orgasme pada wanita?
Foto: thinkstock
|
"Kaitan cepatnya orgasme pada wanita dengan kebiasaannya melakukan masturbasi belum ada bukti ilmiah yang mendukung. Berbeda dengan kaitan ejakulasi dini pada pria dengan kebiasaan mastrubasi sudah ada bukti ilmiahnya," kata dr Andri.Bila istri cepat orgasme saat berhubungan intim, dr Andri mengatakan foreplay harus dilakukan di mana istri lebih dominan merangsang zona erotik tubuh suami secara manual atau oral. Nah, saat suami mendekati orgasme, lakukan penetrasi penis. Dengan begitu, diharapkan pasutri bisa mencapai orgasme bersamaan.
Soal frekuensi masturbasi yang normal, psikolog klinis sekaligus terapis seks dr Jason Winter, PhD menegaskan tidak ada kata normal terkait jumlah masturbasi yang dilakukan. Beberapa orang sering melakukannya, beberapa jarang melakukannya, bahkan ada yang tidak melakukannya sama sekali.
"Hal terpenting adalah masturbasi tidak perlu dikhawatirkan jika dilakukan secara teratur asal tidak menjadi strategi coping untuk mengatasi masalah, atau mulai mengganggu kehidupan Anda," katanya.
Ketika masturbasi sudah menjadi kebiasaan yang membuat Anda kehilangan aspek penting kehidupan misalnya enggan pergi ke sekolah, malas bekerja dan berekreasi, serta tidak tertarik lagi berhubungan intim dengan pasangan, Winter menegaskan perlu adanya evaluasi dan bantuan dari tenaga ahli.
Pengamat kesehatan seksual dr Andri Wanananda MS mengatakan masturbasi tidak akan membuat tubuh menjadi kurus. Walau memang, saat orgasme-ejakulasi pada akhir masturbasi dibakar sejumlah kalori oleh tubuh seperti saat selesai olahraga fisik.
"Tapi, kalori yang dibakar jumlahnya jauh di bawah kalori yang dibutuhkan saat jogging," kata dr Andri.
Untuk itu, dr Andri mengingatkan masturbasi bisa dilakukan saat tubuh bugar, memperhatikan kebersihan alat vital saat masturbasi, dan dengan frekuensi yang tidak mengganggu kegiatan rutin. Kemudian, didukung pula oleh asupan gizi seimbang yang terdiri dari air, karbohidrat, protein-lemak dan vitamin-mineral.
Diungkapkan dr Andri, dampak masturbasi yang saat ini sudah diteliti secara ilmiah, bukan berupa gangguan ereksi (disfungsi ereksi) tapi pada ejakulasi dini saat hubungan intim dengan pasangan kelak.
"Masalahnya, saat masturbasi tidak ada objek hidup, hingga bisa dilakukan sekehendak hati. Tapi saat berhubungan intim dengan pasangan (objek hidup), tidak bisa lagi sekehendak hati untuk mencapai orgasme. Sehingga, perlu melakukan proses adaptasi bersama agar kedua pasangan bisa menikmati orgasme bersama," jelas dr Andri.
Menurut dr Andri Wanananda, MS, masturbasi dengan memasukan jari tangan ke dalam Miss V tidak akan membuat rongga vagina melonggar. Hal ini dikarenakan dinding vagina merupakan jaringan otot halus yang elastis yang dipengaruhi oleh persarafan, pembuluh darah dan hormon wanita (estrogen dan progesteron). Hormon tersebut berfungsi sebagai pengatur kepekaan dan elastisitas dinding vagina.
"Rongga vagina akan lebih longgar saat wanita mengalami menopause di atas usia 50 tahun dikarenakan menurunnya kadar hormon estrogen dan progesteron," papar dr Andri yang juga anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI).
Ia menambahkan saat menjelang orgasme, rongga Miss V dapat merekah mengikuti irama, lalu menjepit saat orgasme tercapai, serta saat relaksasi orgasme rongga vagina akan kembali seperti kondisi awal.
"Kaitan cepatnya orgasme pada wanita dengan kebiasaannya melakukan masturbasi belum ada bukti ilmiah yang mendukung. Berbeda dengan kaitan ejakulasi dini pada pria dengan kebiasaan mastrubasi sudah ada bukti ilmiahnya," kata dr Andri.
Bila istri cepat orgasme saat berhubungan intim, dr Andri mengatakan foreplay harus dilakukan di mana istri lebih dominan merangsang zona erotik tubuh suami secara manual atau oral. Nah, saat suami mendekati orgasme, lakukan penetrasi penis. Dengan begitu, diharapkan pasutri bisa mencapai orgasme bersamaan.
(rdn/up)