Hal tersebut ditemukan oleh para peneliti dari Yale University ketika melakukan uji coba pada tikus jantan. Salah satu peneliti Ryuta Uraki mengatakan bahwa setelah 21 hari terinfeksi oleh virus Zika terlihat perbedaan signifikan pada ukuran testis tikus yang sakit dan yang tidak.
Tikus yang terinfeksi virus memiliki testis yang lebih kecil daripada tikus sehat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Studi ini menunjukkan bahwa virus bisa bereplikasi di dalam testis dan merusaknya... Dampaknya infeksi kemungkinan bisa menyebabkan gangguan kesuburan pada pria," kata Ryuta dalam siaran pers yang dikutip dari situs resmi universitas pada Selasa (28/2/2017).
Menurut peneliti temuan tersebut konsisten dengan fakta bahwa virus Zika bisa menginfeksi orang lain lewat jalur kontak seksual. Kenyataannya virus bisa ditemukan ada di cairan mani hingga berbulan-bulan meski sudah tidak lagi ada di dalam darah.
Apakah dampak yang sama juga akan terjadi pada manusia belum bisa dikonfirmasi karena studi baru dilakukan pada tikus. Hanya saja para ahli yakin bahwa virus setidaknya bisa memengaruhi jumlah sperma dan hormon testosteron.
Dengan dampak yang diketahui semakin luas, peneliti menyebut dalam studi bahwa dorongan untuk dibuatnya vaksin Zika akan semakin tinggi. Namun World Health Organization (WHO) memprediksi vaksin masih belum tersedia setidaknya sampai tahun 2020.
Baca juga: Kasus Zika di Amerika Selatan Turun, WHO Imbau Masyarakat Tetap Waspada
(fds/vit)











































