"Spiral atau istilah medisnya disebut AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) atau dalam bahasa Inggris disebut IUD (Intrauterine Device) memang mempunyai masa efektif yang berbeda-beda tergantung tipe dan merknya," ujar dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD dr Soetomo - Universitas Airlangga, Surabaya, dr Hari Nugroho, SpOG.
Menurut dr Hari, panggilan akrabnya, efek samping yang paling sering terjadi pada pemakaian IUD atau spiral adalah perdarahan yang lebih banyak dari biasanya. Sekitar 35 persen dari pemakai IUD pada jangka waktu 3 bulan setelah pemasangan mengalami perdarahan lebih banyak dan lebih sering dari sebelum memakai IUD. Tetapi angka ini akan mengalami penurunan setelah 3 bulan pemakaian, hingga hanya sekitar 4 persen dari pemakai IUD akan mengalami keluhan yang sama 1 tahun setelah pemasangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lebih baik dievaluasi terlebih dahulu selama 3 bulan ke depan. Apabila didapatkan kelainan yang makin buruk, seperti perdarahan makin banyak, infeksi, dsb, maka memang sebaiknya dilepas dan diganti kontrasepsi cara lain," tambah ayah satu anak ini.
Selain itu IUD atau spiral perlu senantiasa dikontrol secara berkala. Sebab, kata dr Hari, keterlambatan penggantian atau pengeluaran dari masa berlakunya dapat mengakibatkan kontrasepsi menurun alias angka kehamilan meningkat. Kemudian juga muncul keluhan seperti keputihan dan infeksi.
Lanjut dr Hari, waktu pelepasan bisa dilakukan kapanpun, baik saat menstruasi atau tidak. Namun yang perlu diketahui ialah kesuburan akan langsung kembali setelah melepas spiral.
"Apabila masih ingin menunda sebaiknya langsung ganti dengan spiral baru atau metode lain yang diinginkan tanpa menunda," pesan dr Hari.
Baca juga: Ini Penjelasan Dokter Kenapa KB Spiral Kadang Bikin Haid Lebih Panjang
(hrn/vit)











































