Direktur Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan, dr Eni Gustina, MPH, mengatakan selama lima tahun program EMAS berjalan fokusnya ada di peningkatan pelayanan gawat darurat dan sistem rujukan. Sebanyak 150 rumah sakit dan 300 puskesmas telah dilibatkan menjadi model bagaimana menangani berbagai kasus ibu hamil.
"Hasilnya cukup bagus terutama dari sistem rujukan. Seorang ibu sebelum dirujuk bisa berkomunikasi yang dilakukan oleh bidan pendamping baik itu dengan SMS atau telepon. Begitu informasi ibu sampai ke rumah sakit akan ada jawaban. Apakah siap ditangani dan tindakan stabilisasi apa yang perlu dilakukan sebelum pemberangkatan," kata dr Eni dalam temu media progam EMAS di Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (10/3/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rumah sakit juga jadi sudah tahu kondisi pasien dalam kondisi apa. Bisa menyiapkan peralatan dan tenaga yang dibutuhkan sebelum (pasien -red) datang," lanjutnya.
Menurut dr Eni sepanjang tahun 2014 data menunjukkan angka kematian ibu di Indonesia mencapai 5.048 kasus. Lanjut pada tahun 2015 berkurang menjadi 4.897 kasus dan data terakhir di tahun 2016 ada 4.834 kasus.
"Untuk menurunkan angka kematian itu minimal EMAS sudah bekerja di proses. Dari sisi output memang belum kelihatan secara nyata," ungkap dr Eni.
Ke depan, program EMAS akan terus berlanjut menyebar ke provinsi lain. Dengan demikian diharapkan pelayanan ibu hamil semakin meningkat dan angka kematian ibu dan bayi dengan sendirinya menurun.
Baca juga: Ditangani Dokter Perempuan, Risiko Pasien Komplikasi dan Meninggal Lebih Rendah (fds/up)











































