Efek penekanan pada bagian dada kemudian mengganggu aliran darah dan asupan oksigen ke otak. Dampaknya anak yang ditekan akan mulai alami gejala asfiksia (kekurangan oksigen) dan hilang kesadaran.
Menanggapi hal tersebut Direktur Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan, dr Eni Gustina, MPH, mengatakan bahwa skip challenge adalah sebuah aktivitas yang berbahaya. Menurutnya pihak sekolah lewat Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan keluarga lewat orang tua perlu lebih berperan aktif mengawasi kegiatan anak-anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Jangan Tiru! Remaja Ini Tewas Setelah Ikuti Tren Choking Game
Orang tua juga disebut dr Eni perlu lebih memperdalam komunikasi dengan anak. Menginjak usia remaja anak cenderung 'dilepas' sehingga sering kali orang tua tidak tahu atau minim pengetahuan apa yang dilakukan anaknya.
"Komunikasi! Paling penting itu komunikasi dengan anak. Enggak cuma nanya 'PR mu mana sudah selesai belum?'. Tanya apa saja yang dilakukan tadi, bercerita, jadi ada keterbukaan enggak merasa dilepas," pungkas dr Eni.
Baca juga: Dokter Ingatkan Bahaya di Balik Tren Pass Out Challenge (fds/up)











































