Bunuh Diri Karena Beban Kerja Terlalu Berat, Bisakah Terjadi?

Bunuh Diri Karena Beban Kerja Terlalu Berat, Bisakah Terjadi?

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Rabu, 22 Mar 2017 14:20 WIB
Bunuh Diri Karena Beban Kerja Terlalu Berat, Bisakah Terjadi?
Foto: Dok. Istimewa
Jakarta - WN Jepang sekaligus manager grup JKT 48, Inao Jiro, bunuh diri di rumahnya pada Selasa (21/3) sore kemarin. Polisi mengatakan motif bunuh diri Jiro adalah beban kerja yang terlalu berat.

"Motif karena beban kerja terlalu berat. Pekerjaan generalisasi manajer JKT48," ucap Kasubag Humas Polres Tangerang Selatan AKP Mansuri kepada wartawan, Rabu (22/3/2017).

Menanggapi hal ini, dr Andri SpKJ, FAPM dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera, mengatakan seseorang tidak bisa bunuh diri begitu saja tanpa sebab. Bunuh diri yang dilakukan erat kaitannya dengan masalah kejiwaan yang dialami.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya, seseorang yang memiliki keinginan bunuh diri sudah mengalami gangguan jiwa depresi terlebih dahulu. Depresi muncul akibat adanya tekanan besar yang tidak mampu diadaptasi oleh orang tersebut.

Baca juga: Apa Hubungan Kebanyakan Lembur dan Kecenderungan Bunuh Diri? Ini Kata Dokter

Dalam konteks pekerjaan, depresi bisa saja muncul akibat beban kerja yang terlalu banyak, hubungan yang tidak harmonis dengan atasan dan rekan kerja, atau hal-hal lain yang menyebabkan seseorang mengalami stres yang tidak bisa dikelola dengan baik.


"Mengapa akhirnya dari depresi lalu ingin bunuh diri? Karena sudah merasa tidak ada lagi harapan hidup, sudah putus asa. Akhirnya muncul pikiran, ngapain kita masih perlu hidup? Nah orang yang bunuh diri ini sudah sampai pada pikiran seperti itu," tutur dr Andri dalam perbincangan dengan detikHealth.

Lalu, apakah pekerjaan adalah satu-satunya penyebab seseorang depresi dan bunuh diri? Dikatakan dr Andri, depresi dan keinginan bunuh diri muncul karena banyak faktor. Sehingga tidak bisa diambil kesimpulan singkat bahwa terlalu banyak beban kerja dapat menyebabkan seseorang ingin bunuh diri.

Namun sebuah penelitian dari Australia National University menyebut seseorang tetap harus memiliki batasan jam kerja untuk menjaga kesehatan mental. Hasil penelitian menyebut batas maksimal jam kerja ideal adalah 39 jam per pekan.

Peneliti mengatakan, bila seseorang bekerja lebih dari itu, maka ia tak hanya berisiko terserang gangguan kesehatan fisik, tetapi juga mental. Ironisnya, banyak orang yang bekerja melebihi batasan waktu tersebut. Mereka meyakini, setiap orang harus bekerja lembur agar dianggap memiliki kinerja yang baik atau mempertahankan pekerjaannya.

"Idealnya itu buat tubuh dan otak ya, kita kerja 8 jam, tidur 8 jam, rekreasi 8 jam. Kalau sudah merasa lelah dan stres karena pekerjaan, sangat disarankan untuk mengambil cuti untuk liburan," tutupnya.

Baca juga: Gila Kerja dan Sering Lembur, Apakah Termasuk Dalam Gangguan Jiwa? (mrs/up)

Berita Terkait