Jumlah tersebut lebih banyak dari kelompok berisiko lain seperti pemakai narkoba dan pekerja seks. Penyebabnya dikatakan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dr Sigit Priohutomo kemungkinan karena sang suami memiliki perilaku berisiko seperti menjadi pelanggan seks komersial.
Nah di tingkat masyakarakat fakta bahwa ibu rumah tangga termasuk kelompok yang berisiko belum diketahui secara luas. Oleh karena itu lembaga seperti Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) gencar melakukan acara penyuluhan langsung seperti yang dilakukan di daerah Pisangan Baru, Jakarta Timur, Sabtu (25/3/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pentingnya Ajak Anak dan Remaja Mencegah Penularan HIV-AIDS
"Rata-rata saat mendengar isu HIV kebanyakan orang berpikir 'oh yang HIV itu cuma yang pekerja seks, orang seks bebas, kemudian pengguna narkoba'. Selama ini kan informasinya itu saja sehingga kesadaran bahwa mungkin saja dirinya tertular atau punya risiko yang sama tidak dipahami," lanjut Bonitha.
Sosialisasi HIV-AIDS kepada ibu rumah tangga /Foto: Firdaus Anwar |
Dalam acara penyuluhan yang dilakukan di RW 09, Pisangan Baru Selatan, Jakarta Timur para warga yang datang diberikan penyuluhan tentang fakta-fakta HIV. Selain itu dilakukan juga konseling dan pemeriksaan laboratorium gratis bagi mereka yang ingin tahu statusnya.
Bonitha mengatakan meski masih ada ketakutan, namun rata-rata ibu rumah tangga antusias berani memeriksakan diri.
"Justru ibu-ibu dan perempuan itu malah lebih berani dibandingkan laki-laki. Ketakutan tentu ada tapi ada pikiran 'saya ingin tahu karena saya tidak ingin anak saya tertular', mereka menekan rasa takutnya supaya tidak berdampak ke orang lain," pungkas Bonitha.
Baca juga: Dokter: Zaman Sekarang, HIV Lebih Mudah Diobati daripada Kanker
(fds/vit)












































Sosialisasi HIV-AIDS kepada ibu rumah tangga /Foto: Firdaus Anwar