Tak jarang ibu lantas memposting atau mengunggah foto anak di akun media sosialnya. Tapi sudahkah memahami soal dampak bila berlebih atau terlalu sering posting foto anak di media sosial?
Baca juga: Saran Psikolog Agar Ortu Tak Terlalu Narsis Posting Foto Anak di Sosmed
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi Lizzie, panggilan akrabnya, mencintai anak itu bukan berarti memprioritaskan anak dalam arti segala sesuatu diperlakukan sebagai raja dan ratu.
"Itu nanti biasanya kalau kita perlakukan seperti itu akan shock saat remaja," tambah Lizzie.
Pada kenyataannya, hal ini kerap dirasakan juga oleh fotografer profesional, Roy Genggam yang telah berpengalaman memotret lebih dari puluhan anak. Di sepanjang perjalanannya sebagai fotografer, ia banyak menemukan orang tua yang ambisius.
"Anak itu dipaksa sampai mereka kadang suka nangis. Terus biasanya saya nggak tega. Maka itu di studio, saya siapin fasilitas buat anak-anak, supaya mereka nggak merasa tertekan. Takutnya begitu dia tertekan sekali, ada situasi pemotretan sampai gede tuh trauma sama pemotretan," terang Roy.
Pendapat yang sama disampaikan juga oleh Lizzie, tentunya 'pemaksaan' ini dapat menimbulkan trauma bagi anak. Di samping itu, anak justru akan ketagihan berfoto tanpa melihat situasi atau kondisi, dan tempat di mana ia berada.
"Sebenernya nggak masalah cuma kadang-kadang bisa 'foto dong' nggak pada tempatnya. Contoh, di pemakaman. Anything too much is never good. Jadi anak harus tahu tempat-tempatnya, kapan difoto, kapan nggak," kata Lizzie.
Baca juga: Tips Penting untuk Orang Tua Saat Kenalkan Anak pada Gadget (hrn/vit)











































