Jakarta -
Pubertas dini yang dialami anak-anak memiliki serangkaian efek negatif. Pubertas dini merujuk pada fase pubertas yang datang lebih awal dan lebih cepat daripada umumnya.
Pada anak perempuan pubertas dini didefinisikan mulai antara usia 8 dan 11 sementara pubertas yang terlambat dimulai antara 15 dan 19. Untuk anak laki-laki pubertas yang normal adalah antara usia 9 dan 14.
Pakar menyebut pubertas merupakan fase ketika secara jasmani, tubuh anak-anak sudah memproduksi hormon reproduksi. Namun jika terjadi lebih cepat, perkembangan antara mental, psikologis dan tubuh anak menjadi tidak selaras.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, dirangkum dari berbagai sumber, berikut 5 efek negatif yang mengintai ketika anak mengalami pubertas dini:
Baca juga: Anak Korban Kekerasan Seksual Alami Pubertas Lebih Awal
1. Stroke
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Sebuah studi yang dilakukan di Tohoku University, Jepang mengungkap pubertas dini membuat seseorang berpeluang dua kali lipat untuk terserang stroke saat dewasa kelak.
Peneliti memperoleh kesimpulan ini setelah mengamati 1.142 wanita yang telah memasuki masa post-menopause dalam kurun tahun 1998-2010. Hasilnya, mereka yang mulai menstruasi sebelum usianya 13 tahun berpeluang 1,8 kali lebih besar untuk terserang stroke dibandingkan mereka yang mulai haid di usia 15 tahun.
2. Depresi
Foto: Ilustrasi ibu depresi (thinkstock)
|
Studi yang dilakukan oleh Mary Schooling dari University of Hongkong menganalis data usia awal pubertas dan depresi yang dialami remaja. Partisipan berjumlah kurang lebih 5.800 orang dan merupakan remaja laki-laki dan perempuan kelahiran tahun 1997.
Hasil penelitian menyebut tidak ada kaitan antara usia pubertas yang dialami anak laki-laki dengan risiko depresi. Namun pada perempuan, risiko depresi bisa lebih besar 17 persen jika payudara mulai tumbuh sejak usia 9 tahun.
"Risiko depresi meningkat karena berbagai hal, mulai dari bullying hingga kejahatan seksual. Selain itu, perempuan memang lebih rentan mengalami masalah gangguan perilaku makan," ungkapnya.
3. Diabetes tipe 2
Foto: iStock
|
Penelitian dari University of Cambridge meninjau data soal pengaruh pubertas pada risiko diabetes. Data dari 500 ribu orang menunjukkan ada peningkatan risiko diabetes sampai 50 persen.
Hal ini dikatakan peneliti berkaitan dengan paparan hormon reproduksi lebih awal yang mengganggu sistem kerja metabolisme tubuh.
4. Perilaku berisiko
Foto: Thinkstock
|
Peneliti dari Oregon Research Institute Nanak perempuan yang mengalami pubertas dini lebih rentan melakukan perilaku berisiko seperti seks tanpa pengaman dan penyalahgunaan narkotika.
Mereka juga memiliki tingkat kenakalan dan depresi yang lebih tinggi. Bahkan, ketika sahabatnya cenderung melakukan sesuatu yang menyimpang, mereka lebih mungkin ikut melakukannya.
Kabar baiknya, pengaruh negatif ini tidak berlangsung lama karena perilaku gadis-gadis itu kembali membaik saat usianya 16 tahun.
5. Kanker
Foto: thinkstock
|
Anak perempuan yang mengalami pubertas dini mendapat paparan hormon estrogen lebih awal daripada anak perempuan lainnya. Pakar mengatakan hal ini kaitannya dengan peningkatan risiko kanker payudara dan kanker rahim.
Seperti diketahui, kanker rahim dan kanker payudara merupakan jenis kanker yang rentan menyerang wanita dan sangat dipengaruhi oleh hormon.
Sebuah studi yang dilakukan di Tohoku University, Jepang mengungkap pubertas dini membuat seseorang berpeluang dua kali lipat untuk terserang stroke saat dewasa kelak.
Peneliti memperoleh kesimpulan ini setelah mengamati 1.142 wanita yang telah memasuki masa post-menopause dalam kurun tahun 1998-2010. Hasilnya, mereka yang mulai menstruasi sebelum usianya 13 tahun berpeluang 1,8 kali lebih besar untuk terserang stroke dibandingkan mereka yang mulai haid di usia 15 tahun.
Studi yang dilakukan oleh Mary Schooling dari University of Hongkong menganalis data usia awal pubertas dan depresi yang dialami remaja. Partisipan berjumlah kurang lebih 5.800 orang dan merupakan remaja laki-laki dan perempuan kelahiran tahun 1997.
Hasil penelitian menyebut tidak ada kaitan antara usia pubertas yang dialami anak laki-laki dengan risiko depresi. Namun pada perempuan, risiko depresi bisa lebih besar 17 persen jika payudara mulai tumbuh sejak usia 9 tahun.
"Risiko depresi meningkat karena berbagai hal, mulai dari bullying hingga kejahatan seksual. Selain itu, perempuan memang lebih rentan mengalami masalah gangguan perilaku makan," ungkapnya.
Penelitian dari University of Cambridge meninjau data soal pengaruh pubertas pada risiko diabetes. Data dari 500 ribu orang menunjukkan ada peningkatan risiko diabetes sampai 50 persen.
Hal ini dikatakan peneliti berkaitan dengan paparan hormon reproduksi lebih awal yang mengganggu sistem kerja metabolisme tubuh.
Peneliti dari Oregon Research Institute Nanak perempuan yang mengalami pubertas dini lebih rentan melakukan perilaku berisiko seperti seks tanpa pengaman dan penyalahgunaan narkotika.
Mereka juga memiliki tingkat kenakalan dan depresi yang lebih tinggi. Bahkan, ketika sahabatnya cenderung melakukan sesuatu yang menyimpang, mereka lebih mungkin ikut melakukannya.
Kabar baiknya, pengaruh negatif ini tidak berlangsung lama karena perilaku gadis-gadis itu kembali membaik saat usianya 16 tahun.
Anak perempuan yang mengalami pubertas dini mendapat paparan hormon estrogen lebih awal daripada anak perempuan lainnya. Pakar mengatakan hal ini kaitannya dengan peningkatan risiko kanker payudara dan kanker rahim.
Seperti diketahui, kanker rahim dan kanker payudara merupakan jenis kanker yang rentan menyerang wanita dan sangat dipengaruhi oleh hormon.
(mrs/vit)