Benarkah Autisme Bisa Disembuhkan?

Benarkah Autisme Bisa Disembuhkan?

Nurvita Indarini - detikHealth
Minggu, 02 Apr 2017 13:14 WIB
Benarkah Autisme Bisa Disembuhkan?
Foto: thinkstock
Jakarta - "Autisme bisa sembuh, insya Allah." Demikian kata seorang dokter spesialis anak dalam seminar peringatan Hari Autisme Sedunia di Jakarta. Benarkah demikian? Bagaimana caranya?

dr Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPD.I menuturkan autisme bisa disembuhkan dengan metode smart ABA (applied behavior analysis) dan smart BIT (biomedical intervention therapy). Apa itu ABA? Merupakan analisis perilaku terapan, di mana menggunakan prosedur perubahan perilaku untuk mengajarkan penyandang autisme agar menguasai berbagai kemampuan ataupun aktivitas.

"Dengan cara memecah berbagai aktivitas kompleks menjadi bagian-bagian kecil sesuai kemampuan yang bersangkutan," jelas dr Rudy dalam seminar terkait Hari Autisme Sedunia di RS Budi Kemuliaan, Jl RS Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat, Sabtu (1/4/2017).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ABA akan berhasil jika ada intervesi dini, yakni dimulai sebelum anak berusia 3 tahun. Selain itu harus dilakukan secara intensif, yaitu minimal 40 jam per minggu.

Menurut dr Rudy, pada 1960-an behavior modification sebagai bagian dari sejarah ABA, telah digunakan untuk menerapi perilaku patologis. Misalnya nyeri kronis, stres, anoreksia, kecanduan narkoba, depresi, ansietas, bahkan masalah suami istri.

Baca juga: Tahukah Anda? Zaman Dulu, Autisme Disangka Gangguan Jiwa Anak

Sedangkan BIT merupakan penerapan ilmu biomedis pada kedokteran klinik untuk memperbaiki berbagai masalah kesehatan, termasuk autisme. Kata dr Rudy, BIT bukan ilmu baru, alternatif ataupun pseudoscience lantaran aplikasinya sudah diakui dunia kedokteran.

"BIT terdiri dari diet, medikamentosa atau obat-obatan dan suplemen," jelas dr Rudy.

Jadi pada anak dengan autisme, diet atau pola makan harus dijaga. Mereka dianjurkan diet casein free, gluten free (CSGF) untuk meminimalkan terbentuknya peptida opiat. Sebab makanan bergluten dan yang bergula tidak dicefna sempurna sehingga terbentuk peptida opiat dari usus yang masuk ke darah, kemudian mencapai otak.

Sedangkan obat-obatan yang digunakan bukanlah psikotropika, melainkan obat untuk masalah pencernaan dan saluran pencernaan, juga obat untuk mengatasi parasit, disbiosis, virus, bakteri, neurologi, imunologi dan detoksifikasi.

"Suplemen diberikan untuk masalah metabolisme, detoksifikasi, dan lain-lain," imbuh dr Rudy.

Baca juga: Kenalkan Ini Julia, Boneka Gadis Cilik dengan Autisme

(vit/up)

Berita Terkait