Kata Dokter, Tiap Anak Tak Bisa Diberi Stimulasi yang Sama Lho

Kata Dokter, Tiap Anak Tak Bisa Diberi Stimulasi yang Sama Lho

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Senin, 03 Apr 2017 18:06 WIB
Kata Dokter, Tiap Anak Tak Bisa Diberi Stimulasi yang Sama Lho
Foto: thinkstock
Surabaya - Membesarkan seorang anak memang tidak mudah, apalagi jika anaknya lebih dari satu. Tantangan yang harus dihadapi juga bertambah. Apalagi menurut pakar, stimulasi yang diberikan ke tiap anak berbeda-beda.

Hal ini disampaikan Dr dr Roedi Irawan, MKes, SpA(K). Ia mencontohkan, bila pasangan orang tua memiliki empat orang anak, maka stimulasi yang diberikan kepada anak ke-1 hingga 4 tidaklah ada yang serupa.

"Karena ini tergantung keinginan si anak dia mau distimulasi seperti apa. Dari rangsangan yang diberikan, anak juga akan memilih mana yang paling dia suka," paparnya dalam konferensi pers Nestle Dancow Explore Your World di Royal Plaza Surabaya, baru-baru ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari situ, lanjut dr Roedi, orang tua juga bisa belajar stimulasi apa yang menjadi kesukaan anak. Namun bersamaan dengan itu, anak juga tetap dilatih untuk memberikan stimulasi yang tidak disukainya, sehingga anak akan tumbuh dengan 'seimbang'.

Baca juga: Kalau Nutrisinya Bagus, Anak Akan Lebih Leluasa Eksplorasi

Untuk soal waktu, dr Roedi menambahkan, stimulasi harus dilakukan setiap hari, utamanya ketika anak nampak menunjukkan keinginannya untuk bermain. Kedua, sesuaikan dengan kemampuan anak, jadi bukan hanya karena ia ingin saja.

"Jangan memaksa, mengancam atau menghukum anak saat distimulasi. Juga beri pujian, ciuman dan pelukan sebagai bentuk apresiasi," pesan konsultan nutrisi dan penyakit metabolik anak dari RSUD Dr Soetomo Surabaya tersebut.

Baca juga: Pesan Psikolog Agar Anak Tetap Aman Saat Eksplorasi Lingkungannya

Meski begitu, dengan memperbolehkan anak bereksplorasi, orang tua masih bisa melarang anak untuk melakukan sesuatu lho. Tetapi ada syaratnya.

"Kata-kata 'iya boleh' itu tentu kita berikan hanya untuk hal-hal yang kita yakin betul aman dilakukan oleh anak. Bedanya, kalau berbahaya, jangan bilang jangan main pisau, karena malah penasaran to?" terang psikolog klinis dra Ratih Ibrahim, MPsi dalam kesempatan yang sama.

Berikan saja subtitusi atau penggantinya, misal sendok atau pisau dari plastik. Sedangkan untuk hal-hal yang benar-benar berbahaya seperti api, Ratih baru memperbolehkan orang tua untuk mengatakan 'jangan'.

Kemudian bagaimana menentukan apakah anak sudah mendapatkan stimulasi yang cukup atau tidak? Ratih mengatakan, indikator kecukupan stimulasi anak bisa dilihat dari 'milestone' atau pencapaian si anak berdasarkan usianya.

"Jadi tugas-tugas apa saja yang sudah bisa dilakukan anak sesuai dengan usianya," tutupnya. (lll/vit)

Berita Terkait