Hapus Stigma Seperti Ini Agar Orang yang Depresi Tak Malu Curhat

Hapus Stigma Seperti Ini Agar Orang yang Depresi Tak Malu Curhat

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Jumat, 07 Apr 2017 19:05 WIB
Hapus Stigma Seperti Ini Agar Orang yang Depresi Tak Malu Curhat
Foto: Thinkstock
Jakarta - Pada orang yang depresi, menceritakan masalahnya pada orang di sekitar atau profesional bisa membuat dirinya merasa lebih lega. Hanya saja, kadang ada stigma yang akhirnya membuat orang tersebut mengurungkan niatnya untuk berbagi soal apa yang dia alami.

"Ya stigma depresi misalnya orang yang bercerita ini dianggap imannya lemah banget sih, nggak bisa kuat nih, nggak pasarah. Jadi seolah-olah kalau orang mengalami dperesi nggak bisa pasrah, nggak ingat Tuhan, nggak beriman," kata Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI), dr Diah Dewi Utami SpKJ, MARS usai temu media di Kantor Kemenkes, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan baru-baru ini.

dr Diah mengatakan stigma seperti itu bisa menjadi salah satu penyebab orang yang depresi lantas ingin bercerita ke orang lain, tapi dia malah mengurunkan keinginannya. Jika mendapat respons seperti itu, bisa saja yang bersangkutan berpikir dia bukan orang yang sabar, tidak beriman, dan amat lemah karena tak kuat menghadapi masalah seperti itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Alasan Mengapa Stres Berkepanjangan Mudah Terjadi Pada Sebagian Orang

"Itu kan nggak enak banget," ujar dr Diah. Nah, ketika Anda ingin curhat soal masalah yang dialami, menurut dr Diah setiap orang pasti memiliki orang yang dipercaya dan dia merasa nyaman ketika berbicara dengan orang tersebut. Namun, jika tidak yakin menurut dr Diah baiknya pergilah ke profesional misalnya psikiater atau psikolog.

"Kalau ke orang yang bergerak di bidang agama, seringnya dibawa ke arah agama dan tidak semua orang siap dibawa ke situ. Kata sabar saja misalnya, kalau kita mau ucapkan ke orang, waktunya harus tepat. Kalau nggak tepat bisa aja orang ini bepikir 'Emang lo pikir gue nggak sabar dan udah usaha'," tambah dr Diah.

Saat hendak ke profesional. stigma bahwa mereka yang berkonsultasi ke psikiater atau psikolog adalah orang gila mesti dihilangkan. dr Diah mengungkapkan bisa dikatakan 80 persen orang Indonesia berpotensi mengalami gangguan jiwa. Lalu, bagaimana jika seseorang terlalu sibuk lantas tak punya waktu untuk bisa mencurahkan apa yang ia alami kepada orang lain?

"Itu kesadaran tiap individu bahwa hidup harus balance, nggak 24 jam urusi pekerjaan dan eksistensi diri. Untuk curhat kan nggak harus face to face bisa via telepon. Dengan curhat saja itu bisa menurunkan ketegangan atau kepanikan. Gaya hidup sehat perlu sekali dan nggak mungkin psikis dan fisik kita 'digenjot' terus kan," tutur dr Diah.

Hadir dalam kesempatan sama, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI dr HM Subuh, MPPM menegaskan bahwa mencurahkan isi hati kepada teman, kerabat, atau profesional adalah hal yang penting. Sebab, dengan curhat seseorang bisa mengekspresikan perasaannya.

"Ini benar-benar bisa membantu untuk seseorang yang mengalami gangguan mental emosional dalam hal ini cemas dan depresi," ujar dr Subuh.

Baca juga: Saat Seseorang Curhat tentang Hal Negatif Pasangannya pada Teman


(rdn/vit)

Berita Terkait