Setelah check-in, pria ini masuk ke bagian pemeriksaan. Namun ia memperoleh perlakuan yang tak biasa, bahkan dibawa ke ruangan tersendiri.
Jaketnya dibuka dan ia diperiksa secara menyeluruh, bahkan mereka memeriksa isi mulutnya. Seluruh isi tasnya juga dikeluarkan dengan tangan diletakkan di belakang kepala, tak ubahnya seorang kriminal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nyatanya mereka tak menemukan apapun. Ketika akhirnya dilepaskan, pria itu mengeluh sudah ketinggalan pesawat dan ia tak punya uang lagi. Terpaksa ia harus naik bus ke Washington DC, tujuannya.
Si petugas sempat bertanya mau apa pria ini ke Washington DC. Dengan jujur ia menjawab ingin bertemu presiden AS dan mengatakan bahwa namanya Khan dan ia bukanlah teroris. Petugas-petugas yang tadi menertawakannya kini hanya terdiam mendengar jawaban itu.
Sembari menunggu bus tiba, pria ini membuka buku agendanya dan menuliskan sesuatu. Ia seperti berbicara kepada seseorang lewat pesan itu. Dan orang yang dimaksud adalah istrinya, Mandira.
Siapa pria ini?
1. Masa kecil
|
Foto: YouTube
|
Namun Rizvan hanya dibesarkan oleh ibunya, yang memberinya kasih sayang penuh. Ibunya juga mengajarkan banyak nilai kehidupan kepada Rizvan, misal saat perpecahan antara Hindu dan Muslim di India terjadi, sang ibu menjelaskan bahwa hanya ada dua jenis orang di muka bumi, yaitu orang baik dan orang jahat, tidak ada perbedaan lain selain itu.
Rizvan sebenarnya bukan anak yang banyak ulah, bahkan ia sebenarnya cerdas dan cepat belajar. Tapi dengan kondisinya, bocah malang ini di-bully oleh teman-temannya di sekolah. Karena itu, ibunya mengeluarkan Rizvan dari sekolah dan membawanya ke seseorang yang dianggap pintar di desanya.
Pria yang dikenal sebagai Tuan Wadia ini kebetulan juga pengangguran, sehingga ia punya banyak waktu untuk mengajari Rizvan banyak hal. Suatu ketika pekarangan rumah Tuan Wadia tergenang banjir, sehingga ia meminta Rizvan pulang.
Tetapi Rizvan justru punya ide lain. Ia menyambungkan generator dengan selang untuk memompa air di pekarangan itu keluar. Bahan bakar generator itu sendiri berasal dari sepeda yang kemudian dikayuh sekuat tenaga oleh Rizvan. Semua orang yang melihatnya kagum kepadanya, dan sejak saat itu Rizvan sering dimintai tolong oleh tetangga-tetangganya untuk membetulkan banyak hal.
Sang ibu makin bangga kepadanya, tetapi kecintaan ibu pada Rizvan telah mengalihkan perhatiannya dari Zakir, adik Rizvan. Zakir juga sama cerdasnya namun ia merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari sang ibu.
Hingga akhirnya Zakir pergi ke AS di usia 18 tahun karena mendapatkan beasiswa dan menetap disana. Sang ibu sedih, namun Zakir berjanji mengurus kepindahan ibunya dan Rizvan ke AS.
Namun tak berselang lama, ibu mereka meninggal dunia karena pembesaran rongga jantung dan tak ada yang tahu akan hal ini.
Sebelum meninggal, ibu berpesan kepada Rizvan agar ia bisa hidup bahagia. Untuk itu ia memutuskan datang ke rumah adiknya di San Fransisco.
Akhirnya Rizvan bertemu dengan adik iparnya, Hasina. Wanita berhijab ini adalah seorang dosen psikologi. Hasinalah orang pertama yang melihat sesuatu di diri Rizvan dan mengetahui jika pria ini mengidap sindrom Asperger.
Itulah mengapa Rizvan takut bertemu orang-orang baru dan berada di tempat yang baru atau asing baginya. Ia juga benci warna kuning dan suara bising.
Namun dari hasil diskusi dengan pakar dari yayasan autis, Hasina diyakinkan bahwa Rizvan jauh lebih baik daripada orang dengan Asperger pada umumnya, sehingga ia masih bisa berfungsi seperti orang kebanyakan.
Hasina pun mendampingi sang kakak dengan penuh kesabaran. Ia juga mengajari Rizvan caranya menggunakan handycam agar tangannya yang tak bisa diam bisa dialihkan.
Untuk memberinya kegiatan, Zakir kemudian mengajak sang kakak bekerja untuknya. Zakir ternyata seorang pengusaha sukses yang menjual produk kecantikan dari herbal. Rizvan diminta menjual produk-produk itu ke berbagai salon di San Fransisco. Tetapi yang namanya Rizvan, ia menawarkan produk-produk itu dengan penuh kejujuran.
Hingga kemudian Rizvan menemui kesulitan saat harus menyeberang di tengah kota. Kebetulan warna garis penyebarangan di kota itu berwarna kuning. Ketika ia akhirnya memberanikan maju, Rizvan justru terhenti di tengah jalan dan nyaris tertabrak kereta trem karena tak tahan suara bising jalanan.
Tingkah laku Rizvan yang aneh pun membuatnya dikerumuni orang. Untung ada seorang wanita yang membantunya membubarkan kerumunan itu. Rizvan menjadi penasaran.
Wanita itu rupanya bekerja di salon seberang jalan. Agar bisa membuatnya tertarik, Rizvan kemudian menawarkan produknya kepada seluruh pengunjung salon. Wanita yang belakangan diketahui bernama Mandira itu nyatanya juga terkesan kepada Rizvan, meski pria ini jujur mengatakan bahwa dirinya mengidap Asperger.
Sejak itulah Rizvan jatuh hati padanya. Bahkan ia sengaja datang ke salon itu tiap hari hanya untuk bertemu dengannya. Rizvan juga tak segan mengikuti kemanapun Mandira pergi, serta merekam kegiatannya.
Suatu hari Rizvan mendapat kesempatan untuk dipotong rambutnya oleh Mandira. Namun begitu selesai, tiba-tiba ia meminta Mandira untuk menikahinya. Entah karena ia begitu gembira karena dipotong oleh Mandira ataukah memuji hasil potongan rambut Mandira.
Namun perhatian Mandira teralihkan oleh dering ponselnya. Rizvan mencuri dengar di seberang sana ada seseorang bernama Sameer yang memiliki janji temu dengan Mandira. Bahkan di akhir panggilan, Mandira mengatakan ia mencintainya.
Dari informasi yang didapat Rizvan, Sameer adalah anak semata wayang Mandira yang telah bercerai dari suaminya di usia muda. Ia terang-terangan mengatakan hal itu di hadapan Mandira, dan membuatnya tak nyaman. Tetapi Rizvan meyakinkan bahwa ia tetap teguh pada pendiriannya dan meminta Mandira menikahinya.
Setidaknya kini mereka berdua bisa menjadi dekat, termasuk dengan Sameer. Mandira pun semakin luluh hatinya melihat kedekatan Sameer dan Rizvan. Sayangnya Mandira mengabarkan bahwa dirinya akan pindah ke kota lain dan membuka salon sendiri di sana.
2. Menikahi Mandira
|
Foto: YouTube
|
Tapi Rizvan bersikeras karena ia selalu ingat apa yang diajarkan ibu mereka. Meski begitu, Hasina tetap mau datang ke acara pernikahan dan mendampingi Rizvan, menggantikan Zakir. Setelah itu Mandira bisa membuka salonnya sendiri dan saat itu Rizvan merasa telah memenuhi permintaan ibunya untuk hidup bahagia.
Hingga di suatu pagi, tragedi 9/11 terjadi. Keluarga mereka pun ikut menyumbang untuk korban tragedi tersebut. Mereka juga ikut serta dalam acara doa bersama tetangga-tetangga mereka. Tetapi saat mendengar Rizvan membaca Al Fatihah, beberapa orang mengernyitkan dahinya dan memilih pergi dari acara itu.
Selepas itu di hampir seluruh penjuru Amerika dikabarkan bahwa toko-toko yang dimiliki Muslim dijarah. Orang-orangnya pun dianiaya, termasuk orang India yang dikira Afghanistan atau Pakistan. Guru Sameer pun mengajarkan bahwa Islam adalah agama paling agresif dan akibatnya Sameer di-bully karenanya.
Tak berbeda jauh dengan yang dialami Hasina. Di kampus, tiba-tiba saja ada yang menarik jilbabnya hingga lepas. Pada akhirnya Zakir memperbolehkan Hasina untuk melepas hijabnya untuk sementara waktu. Salon Mandira pun menjadi sepi pengunjung.
Kemudian tetangga dekat Mandira dan Rizvan, Mark ditugaskan untuk meliput perang di Afghanistan. Ironisnya, Mark meninggal dalam tugasnya dan sejak saat itu putra Mark, Reese menjadi benci kepada Sameer. Padahal selama ini keluarga Mark-lah satu-satunya yang percaya bahwa Rizvan dan Mandira tidak ada kaitannya dengan tragedi 9/11.
Meski demikian, Sameer terus mendekati dan mengajak Reese berbaikan karena bagaimanapun Reese adalah satu-satunya sahabat yang dimilikinya. Sayangnya Reese menolak. Teman-teman Reese melihat mereka. Salah satu di antaranya kemudian malah memukul Sameer hingga terjatuh dan mengajak Reese berlalu.
Tetapi Sameer tak gentar. Ia, yang saat itu baru saja latihan sepakbola, melemparkan bola dan mengenai wajah teman Reese. Ia pun tak terima dan berbalik lalu memukuli Sameer lebih keras. Kali ini lebih seperti mengeroyok Sameer kendati Reese telah mencegahnya.
Sameer kemudian bangkit lagi dan mengatai teman-teman Reese sekali lagi. Kemarahan salah satu dari mereka memuncak, dan akhirnya ia pun menendang bola yang ada di dekatnya sekuat tenaga. Tendangan itu mengenai dada Sameer dan ia pun jatuh tersungkur tak sadarkan diri.
Reese lalu diancam untuk merahasiakan hal itu dan menyeretnya pergi. Akibatnya Sameer terlambat dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal dunia tak berapa lama kemudian, diduga karena pendarahan internal atau limpanya pecah.
Polisi menduga serangan terhadap Sameer merupakan serangan rasial, yaitu karena Sameer seorang Muslim namun mereka kesulitan menemukan pelaku penganiayaan Sameer karena kurangnya bukti dan saksi.
Mandira pun sangat terpukul dengan kepergian Sameer. Pada akhirnya ia merasa telah membunuh Sameer karena menikahi Rizvan. Ia juga meminta Rizvan pergi meninggalkannya. Lalu dengan polosnya, Rizvan bertanya, "Kapan aku harus kembali?"
Antara marah dan sedih, Mandira menjawab bahwa seluruh kota membenci keluarga mereka. "Jadi kenapa tidak kau katakan kepada mereka bahwa kau bukan teroris? Kalau perlu, katakan pada semua orang di Amerika. Katakan kepada Presiden AS. Baru setelah itu kau bisa kembali," jawabnya.
Rizvan tak punya pilihan lain, namun ia paham apa yang dikatakan oleh istrinya walaupun hal itu tidak tercermin dari ekspresinya. Sebelum pergi, ia sempat meninggalkan pesan untuk Mandira dan menyiapkan makanan untuknya.
Rizvan juga sengaja mengenakan sepatu sepakbola Sameer yang baru dibelikannya. Karena tiketnya hangus setelah pemeriksaan yang 'mengerikan' di bandara, Rizvan kemudian melanjutkan perjalanan dari satu kota ke kota lain dengan mengendarai bis.
Ketika uangnya menipis, ia memperlihatkan papan penanda bertuliskan 'Repair Almost Anything' dan mendapatkan bayaran dari situ. Ia kadang menumpang di mobil orang. Suatu ketika Rizvan ingin beristirahat dan menemukan motel di pinggir jalan. Kebetulan pemiliknya adalah orang India.
Saat mereka mengobrol, tiba-tiba ada orang asing yang melempar batu ke jendela motel hingga pecah. Sang pemilik motel tak gentar, bahkan mengeluarkan senapan dan menembaki si pelempar yang sudah berlalu dengan cepat mengendarai mobil.
"Ini semua karena Muslim jahat yang mengebom WTC dan orang-orang Amerika itu buta karena tak bisa membedakan orang India dan Muslim jahat," teriaknya saat itu.
Saking marahnya, ia bahkan sempat berteriak akan memasang tulisan 'No Moslem' di depan motelnya. Ketika mendengar hal itu, Rizvan pun memilih pergi walaupun pemilik motel mencegahnya. Ia kemudian mengatakan, "Namaku Khan dan aku bukan teroris." Saat itulah si pemilik motel terdiam dan menyesali ucapannya.
3. Perjalanan
|
Foto: YouTube
|
Rizvan lalu mengantarnya pulang dan ibunya, yang dipanggil Mama Jenny, sangat berterimakasih. Hanya dalam semalam ketiganya menjadi akrab satu sama lain. Keesokan harinya Rizvan juga diajak ke gereja dan diminta menceritakan kisah Sameer di hadapan para jamaah. Semua orang terharu mendengarnya.
Di tempat lain, Mandira berupaya untuk melanjutkan hidupnya, dimulai dengan membereskan loker Sameer di sekolah. Saat itu ia menemukan foto mereka bertiga terselip di salah satu buku Sameer dan ia terharu melihatnya.
Mandira juga melakukan kampanye di sekolah Sameer karena putranya tak kunjung mendapat keadilan setelah 6 bulan berlalu pasca kematiannya. Hal ini juga berimbas pada keputusan polisi untuk menutup kasus Sameer. Mandira akhirnya turun tangan sendiri dengan membagi-bagikan pamflet ke penjuru kota untuk mendapatkan secuil-dua cuil informasi tentang kematian putranya.
Setelah bermalam Rizvan kemudian melanjutkan perjalanan dan sampai di Los Angeles. Kabarnya presiden juga datang ke acara yang digelar di sebuah kampus tersebut. Sembari menunggu, Rizvan mendatangi masjid terdekat. Saat itu ada segerombolan pria sedang berdiskusi, dipimpin seorang dokter.
Dari perkataannya, dokter ini nampaknya sedang berusaha untuk mendorong agar jamaah tersebut mau berkorban untuk agamanya dengan menggunakan analogi kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Mendengar hal itu, Rizvan yang selalu berkata jujur langsung berdiri dan mengatainya pembohong. Ia ingat versi lain dari kisah Nabi Ibrahim yang didengarnya dari sang ibu. Di situ dikisahkan bahwa Ibrahim yakin Allah takkan mau darah anaknya tumpah, meski ada yang menghasutnya untuk berkorban kepada Allah lewat putranya.
Dan itu terbukti, ketika akhirnya Ibrahim menyembelih putranya, Ismail justru diselamatkan oleh Allah. Masih mengutip kata-kata ibunya, Rizvan yakin bahwa jalan Allah adalah jalan kasih sayang, bukan peperangan. Sebelum pergi, ia sempat melemparkan tiga kerikil yang selalu dibawanya kemana-mana di tangannya ke arah dokter itu dan meneriakinya setan sebanyak tiga kali, seperti halnya saat melempar jumrah.
Rizvan lalu bergabung dengan kerumunan massa yang menanti kehadiran presiden. Tetapi karena begitu ramai, Rizvan memutuskan untuk berteriak 'Tuan Presiden, nama saya Khan dan saya bukan teroris' berulang kali. Sayangnya orang-orang di sekitarnya hanya mendengar kata teroris dari mulut Rizvan dan ini menimbulkan kepanikan. Rizvan akhirnya diamankan pihak berwajib.
Dari hasil investigasi, Rizvan ketahuan mengikuti jadwal kunjungan presiden selama berminggu-minggu. Karenanya, ia pun dimasukkan ke dalam penjara khusus dengan penjagaan ketat.
Menariknya, teriakan Rizvan juga membetot perhatian seorang kameramen kampus. Ia sempat mengambil gambar ketika Rizvan berteriak bukan teroris kepada presiden saat itu. Awalnya mereka sempat kesulitan mencari informasi tentang Rizvan, apalagi polisi hanya berkenan memberi namanya saja.
Beruntung mahasiswa itu memiliki kenalan seorang hacker yang kemudian berhasil mencarikan berbagai informasi tentang Rizvan yang dibutuhkan. Setelah itu mereka berupaya mencari reporter yang berkenan mengangkat kisah Rizvan. Walau awalnya menolak, seorang reporter dari stasiun PBC akhirnya berkenan. Mereka juga berhasil mewawancarai Zakir dan Hasina.
Tayangan berita tentang Rizvan kemudian ditonton semua orang yang mengenal Rizvan, termasuk Mandira. Bahkan hakim yang menangani kasus Rizvan kemudian memutuskan melakukan penyelidikan sekali lagi.
Karena tak terbukti bersalah, Rizvan akhirnya dibebaskan. Namun begitu bebas, ia belum mau langsung menemui Mandira karena janjinya bertemu presiden belum dipenuhinya.
Di tengah perjalanan, Rizvan menyaksikan tayangan berita tentang bencana alam yang melanda kota tempat Mama Jenny tinggal. Tanpa basa-basi, ia langsung menuju kesana dan mendapati kota kecil yang porak-poranda. Ia memutuskan menginap dan membantu sebisanya. Mengetahui Rizvan berada di Georgia, tim reporter yang meliput Rizvan mengikutinya kesana dan memberikan update tentang kegiatan pria ini.
Kisah Rizvan makin menggugah banyak orang, dan berhasil mengubah pandangan orang Amerika tentang orang Islam. Reese, sahabat Sameer akhirnya mengaku dan bersedia bertanggung jawab terhadap kesalahannya. Mandira akhirnya bisa lega dan berkenan menyusul Rizvan ke Georgia.
Rizvan yang sempat mengalami insiden saat berada di Georgia akhirnya bisa keluar dari rumah sakit, dan bersikeras untuk bertemu presiden. Kebetulan saat itu Barack Obama terpilih sebagai presiden Afro-Amerika pertama di AS.
Kisah pria ini ternyata juga didengar oleh Obama dan ia pun meminta Rizvan menemuinya.
Perlu dipahami bahwa sindrom Asperger merupakan salah satu subtipe dari autisme. Dikutip dari Autism Speak.org, anak dan orang dewasa dengan sindrom ini biasanya mengalami masalah dengan interaksi sosial dan kerap memperlihatkan perilaku yang diulang-ulang. Beberapa di antaranya mengalami penundaan perkembangan motorik sehingga gerak-geriknya tidak terkoordinasi dengan baik.
Namun bila dibandingkan dengan anak atau orang dewasa yang mengalami subtipe autisme lainnya, mereka yang mengalami sindrom Asperger tidak mengalami gangguan dengan kemampuan bicara atau perkembangan kognitifnya. Bahkan beberapa di antaranya memiliki kosakata yang sangat baik, utamanya pada hal-hal yang mereka sukai.
Ciri lain dari sindrom Asperger antara lain:
- kurang mampu berkomunikasi non-verbal (gerak-gerik, ekspresi wajah) tetapi kosakatanya banyak dan baik
- lebih banyak berbicara dengan dirinya sendiri
- tidak mampu memahami masalah sosial atau emosional orang lain
- kurangnya kontak mata atau terlibat dalam percakapan
- terobsesi pada topik tertentu, namun biasanya topik ini juga tidak lazim
- sering terlihat kikuk, baik dari gerak-geriknya maupun cara bicaranya
Anak atau orang dewasa denan sindrom Asperger biasanya baru ketahuan terkena sindrom ini jika mengalami kesulitan di sekolah atau tempat kerja. Bisa juga dengan kehidupan dirinya. Seperti halnya Rizvan. Ia mengaku tak ada yang tahu apa yang terjadi kepadanya, bahkan sang ibu sendiri. Apalagi Rizvan tinggal di sebuah kota di India yang miskin dan terbelakang, sehingga pemahaman tentang kondisi anak seperti Rizvan sangatlah minim. Rizvan baru ketahuan mengalami sindrom Asperger setelah dewasa.
Saat berbicara, seseorang dengan sindrom Asperger bisa mengutarakan berbagai fakta tentang hal tertentu, bahkan tak membiarkan orang lain ikut bicara. Tetapi mereka tidak bisa menangkap ekspresi orang lain, misal jika mereka tak menyukai atau tak nyaman dengan topik itu.
Gejala lain yang umum adalah orang dengan sindrom Aspger tak bisa memahami maksud lain dari perkataan atau perilaku seseorang, sehingga mereka tak bisa memahami humor atau perumpaan lain. Ketika berada di tengah masyarakat, mereka dengan sindrom Asperger tak bisa memahami apa yang dianggap tidak sesuai dengan situasi tertentu, misal berbicara keras-keras di perpustakaan dan tidak paham jika disuruh diam.
Namun tidak semua pengidap sindrom Asperger memperlihatkan gejala yang sama, tetapi justru bervariasi tergantung individu masing-masing. Hanya saja mereka terkadang apa yang mereka lakukan mirip-mirip dengan pengidap ADHD sehingga awal-awalnya sering keliru didiagnosis dengan ADHD.
Padahal mereka hanya mengalami kesulitan dalam berinteraksi, bukannya memfokuskan diri pada suatu hal. Justru orang dengan sindrom Asperger dapat menguasai satu bidang dengan sangat baik karena mereka mampu fokus pada sesuatu secara intens.
Halaman 2 dari 4











































