Ini yang Jadi Batu Sandungan Eliminasi Malaria di Wilayah Timur Indonesia

Ini yang Jadi Batu Sandungan Eliminasi Malaria di Wilayah Timur Indonesia

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Selasa, 18 Apr 2017 08:02 WIB
Ini yang Jadi Batu Sandungan Eliminasi Malaria di Wilayah Timur Indonesia
Ilustrasi kelambu (Foto: Radian Nyi Sukmasari)
Jakarta - Wilayah timur Indonesia masih menjadi daerah endemis tinggi malaria. Seperti di NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Sebenarnya, apa sih kendala yang membuat masih tingginya kejadian malaria di wilayah tersebut?

"Nggak ada kesulitan dalam sisi distribusi. Kesulitan kita, kita menghadapi alam. Di sana daerah rawa-rawa," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI dr Mohamad Subuh, MPPM dalam Temu Media di Kantor Kemenkes, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (17/4/2017).

dr Subuh mengatakan, untuk pengendalian vektor yakni nyamuk anopheles, masalahnya ada pada drainase. Begitu drainase tidak baik, kata dr Subuh, berarti ada genangan-genangan yang menjadi wahana untuk nyamuk berkembang biak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Nyamuk Jantan Tanpa Sperma Bisa Cegah Penyebaran Malaria

"Nah daerah rawa-rawa seperti Papua, galian tambang seperti Maluku, NTT potensinya besar (untuk timbulnya genangan air akibat drainase yang tidak baik). Makanya kita sama-sama dengan kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) untuk bisa melakukan rehabilitasi atau penutupan lubang bekas galian sehingga drainase akan lebih lancar lagi," tutur dr Subuh.

Apakah langkah ini harus menunggu dikerjakan pemerintah? Tidak juga. Sebab, dikatakan dr Subuh masyarakat juga bisa melakukan upaya. Misalnya di Halmahera Selatan di mana tanah rawa ditutup dan dijadikan lapangan voli menurut dr Subuh baik sekali.

"Kesulitan kita berhadapan dengan geografi, kontur tanah kita. Kemudian adanya upaya dari masyarakat yang tanpa mereka sadari, menggali pasir, tambang dan sebagainya," ujar dr Subuh.

Baca juga: Kenali, Stadium Parasit Malaria Saat Berada di Tubuh Manusia

dr Subuh mengingatkan pentingnya surveilans migran untuk menjaga daerah yang sudah eliminasi malaria agar tidak memiliki kasus malaria lagi karena daerah tetangganya masih endemis rendah bahkan tinggi malaria. Surveilans migran dilakukan melalui pemeriksaan secara acak terhadap orang yang datang dari daerah endemis.

Menurut dr Subuh, upaya ini cukup sulit karena jangkauannya di dalam negeri. Jika pendatang dari luar negeri, jauh lebih mudah karena jelas pintu masuk mereka melalui bandara atau pelabuhan. Begitu pun daerah kepulauan seperti Batam, surveilans migran lebih mudah dilakukan karena mereka cukup menutup jalur masuk ke daerah tersebut.

"Pada event tertentu kita lakukan surveilans migran untuk memantau saudara kita yang baru dari daerah endemis terutama saat mudik lebaran, pasca liburan sekolah, tahun baru. Ini pengamatan terus menerus dilakukan sehingga di daerah putih nggak jadi hijau (endemis rendah) apalagi kuning (endemis sedang)," kata dr Subuh. (rdn/up)

Berita Terkait