dr Noviyanti SpOG dari RS Mayapada Tangerang menegaskan jika setiap haid selalu mengalami nyeri haid, itu adalah hal yang wajar. Namun, harus dibedakan apakah nyeri haid yang dirasakan normal atau tidak.
"Kalau nyeri haidnya nromal, itu hanya pegal-pegal di perut bagian bawah, terasa kram-kram aja, tapi masih bisa beraktivitas seperti biasa," kata dr Novi usai Live Chat 'Keputihan dan Masalah Kewanitaan' yang digelar detikHealth dan detikForum di kantor detikcom, Jl Warung Jati Barat, Jakarta Selatan, Kamis (20/4/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 5 Warna Darah Haid dan Artinya bagi Kondisi Kesehatan
Dikutip dari buku 'Nyeri Haid Tidak (selalu) Normal' oleh tim GMITS (Gynecologic Minimally Invasive Treatment Surabaya - www.trust-gmits.com), nyeri haid atau dismenorrhea dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu primer dan sekunder. Dismenorrhea primer yaitu nyeri haid yang timbul tanpa adanya kelainan pada organ reproduksi, sedangkan dismenorrhea sekunder adalah nyeri haid yang timbul karena ada kelainan di dalam organ reproduksi seperti endometriosis, adenomyosis dan myoma uteri.
Apabila nyeri haid dirasakan sejak pertama kali menstruasi dan selalu ada setiap mentruasi dengan intensitas dan durasi yang sama, kemungkinan besar ini adalah dismenorrhea primer. Sementara, nyeri haid yang menandakan kemungkinan adanya kelainan di organ reproduksi dan membutuhkan penanganan medis memiliki ciri di antaranya:
- Intensitas nyeri makin lama makin hebat.
- Dulunya diberi obat anti-nyeri mereda, tapi lama-kelamaan nyeri tidak mereda meski diberi obat anyi-nyeri.
- Nyeri haid membuat wanita tidak bisa bergerak bahkan harus istirahat di kasur seharian.
- Durasi nyeri makin panjang, biasanya hanya dua hari tapi menjadi tiga hari, 6 bulan kemudian menjadi 5 hari dan tidak jarang bahkan menstruasi sudah selesai nyeri masih menetap.
Baca juga: Kapan Wanita Menopause? Ini Bisa Dicek dari Usia Haid Pertamanya
(rdn/vit)











































