Kata Dokter, Ini Daftar Penyakit yang Bisa Dicegah dengan Imunisasi

Kata Dokter, Ini Daftar Penyakit yang Bisa Dicegah dengan Imunisasi

Ajeng Anastasia Kinanti - detikHealth
Rabu, 26 Apr 2017 08:04 WIB
Kata Dokter, Ini Daftar Penyakit yang Bisa Dicegah dengan Imunisasi
Ilustrasi imunisasi/ Foto: M Aminudin
Jakarta - Manfaat imunisasi untuk meminimalkan risiko beberapa penyakit pada anak tak main-main. Pemberian imunisasi pun menjadi hal yang sangat dianjurkan pada anak.

Menurut dr Piprim B. Yanuarso, SpA(K), ada beberapa jenis penyakit berbahaya yang risikonya bisa berkurang pasca imunisasi. Dalam temu media di Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Selatan, Selasa (25/4/2017), ia menjelaskan daftar penyakit tersebut antara lain:

Baca juga: Ini Alasannya Vaksin Campak Diberikan Sampai 3 Kali

1. Pertusis

Foto: thinkstock
Pada anak yang terkena pertusis atau batuk rejan, ia akan selalu batuk tanpa henti. Kondisi ini terjadi akibat saluran napas menyempit karena terkena bakteri pertusis.

"Pertusis ini luar biasa menderita anaknya, masuk di ICU pun kita tidak bisa ngapa-ngapain. Tidak sampai menimbulkan kematian memang, tapi penderitaannya itu," tutur dr Piprim.

2. Polio

Foto: Thinkstock
"Saat ini sudah jarang ya sekolah ada anak yang pakai tongkat bantu karena polio, dulu ini sangat menakutkan. Anak yang terkena polio bisa menjadi lumpuh, kehidupannya terasa berat," imbuh dr Piprim.

Maka dari itu, pemberian imunisasi polio pun menjadi sangat penting untuk anak. dr Piprim menganjurkan orang tua tak melewatkan jadwalnya.

3. Difteri

Foto: ilustrasi/thinkstock
Serupa seperti penyakit-penyakit yang dijelaskan sebelumnya, difteri juga merupakan salah satu jenis penyakit pada anak yang tak boleh dianggap remeh. Ini merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang lama-kelamaan bisa menutup saluran napas anak.

"Jadi nanti dibolongi leher anaknya supaya tetap bisa napas," imbuhnya.

Jika sudah fatal, difteri bahkan juga bisa menyerang organ lain seperti jantung. Dikira membaik, serangan ini justru muncul sekitar dua atau tiga pekan kemudian setelah penyakit tampak membaik.

4. Meningitis Hib

Foto: thinkstock
dr Piprim mengatakan ini merupakan penyakit yang ganas, dapat merusak selaput otak. Untuk memeriksanya pun harus dilakukan dengan cara mengambil cairan dari sumsum tulang belakang.

"Penyakit ini dapat menimbulkan cacat permanen. Anak awalnya aktif, bisa jalan, tapi kemudian tiba-tiba tidak bisa ngapa-ngapain," terang dr Piprim.

5. Rubella

Foto: ilustrasi/thinkstock
Jika tak diimunisasi rubella dan tertular saat hamil, maka janin bisa ikut terkena dampaknya. dr Piprim menjelaskan bahwa 80 persen janin yang ibunya tertular rubella berisiko mengalami katarak. Penularan rubella kongenital juga berisiko membuat janin mengalami tuli saraf, otak menjadi kecil serta jantung bocor.

Baca juga: Tahun 2018, Vaksin Campak dan Rubella Ditargetkan Masuk PIN

Halaman 2 dari 6
Pada anak yang terkena pertusis atau batuk rejan, ia akan selalu batuk tanpa henti. Kondisi ini terjadi akibat saluran napas menyempit karena terkena bakteri pertusis.

"Pertusis ini luar biasa menderita anaknya, masuk di ICU pun kita tidak bisa ngapa-ngapain. Tidak sampai menimbulkan kematian memang, tapi penderitaannya itu," tutur dr Piprim.

"Saat ini sudah jarang ya sekolah ada anak yang pakai tongkat bantu karena polio, dulu ini sangat menakutkan. Anak yang terkena polio bisa menjadi lumpuh, kehidupannya terasa berat," imbuh dr Piprim.

Maka dari itu, pemberian imunisasi polio pun menjadi sangat penting untuk anak. dr Piprim menganjurkan orang tua tak melewatkan jadwalnya.

Serupa seperti penyakit-penyakit yang dijelaskan sebelumnya, difteri juga merupakan salah satu jenis penyakit pada anak yang tak boleh dianggap remeh. Ini merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang lama-kelamaan bisa menutup saluran napas anak.

"Jadi nanti dibolongi leher anaknya supaya tetap bisa napas," imbuhnya.

Jika sudah fatal, difteri bahkan juga bisa menyerang organ lain seperti jantung. Dikira membaik, serangan ini justru muncul sekitar dua atau tiga pekan kemudian setelah penyakit tampak membaik.

dr Piprim mengatakan ini merupakan penyakit yang ganas, dapat merusak selaput otak. Untuk memeriksanya pun harus dilakukan dengan cara mengambil cairan dari sumsum tulang belakang.

"Penyakit ini dapat menimbulkan cacat permanen. Anak awalnya aktif, bisa jalan, tapi kemudian tiba-tiba tidak bisa ngapa-ngapain," terang dr Piprim.

Jika tak diimunisasi rubella dan tertular saat hamil, maka janin bisa ikut terkena dampaknya. dr Piprim menjelaskan bahwa 80 persen janin yang ibunya tertular rubella berisiko mengalami katarak. Penularan rubella kongenital juga berisiko membuat janin mengalami tuli saraf, otak menjadi kecil serta jantung bocor.

Baca juga: Tahun 2018, Vaksin Campak dan Rubella Ditargetkan Masuk PIN

(ajg/vit)

Berita Terkait